Rabu, 30 April 2014

ZIKIR MAKRIFAT PARA AHLI TAREKAT


Bagaimana cara berdzikir kepada Allah SWT sehingga kita siap untuk bertemu dengan-NYA?
Dzikir adalah sebuah aktivitas yang kaya akan aspek esoteris. Ia adalah bagian laku yang harus ada dalam sebuah perjalanan suluk menempuh jalan ruhani untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Semesta Alam. Dalam prakteknya, berdzikir harus mengikuti aturan-aturan dan adab tertentu sesuai dengan cara yang dituntunkan oleh para guru spiritual sepanjang masa.
Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan adab berzikir dan tata cara zikir dengan harapan agar kita mendapatkan pengetahuan bagaimana berdzikir yang khusyuk agar kita bisa bertemu Allah SWT.
1. Membaca lafaz LA ILAHA ILLA ALLAH. Artinya: Tiada Tuhan selain Allah. Zikir ini disebut zikir NAFI ISBAT. Paling tidak dibaca 100 kali setiap hari terutama dibaca setelah sholat fardhu. Khususnya setelah Maghrib, Isya dan setelah sholat subuh. Lafaz ILLA ALLAH ini disebut Isbat yang artinya pengecualian atas segala sesembahan kecuali hanya Allah SWT.
2. Membaca lafaz ALLAHU. Zikir ini disebut ISMU AL-ASMA, dibaca sebanyak 33 kali sehabis sholat fardhu, terutama setelah sholat Isya.
3. Membaca lafaz zikir HUWA ALLAH. Zikir inilah yang disebut sebagai zikir GHAIB AL ISMI. Zikir ini dibaca setiap hari sebanyak 33 kali, setelah sholat fardhu, terutama setelah sholat Isya.
4. Membaca zikir HUWA, HUWA. Zikir ini disebut sebagai zikir GHAIB AL GHAIB. Zikir ini dibaca sebanyak 34 kali setelah sholat fardhu, sehingga jumlahnya (total item 2,3,4) sebanyak 100 kali.
Adapun gerakan dalam melafazkan zikir NAFI ISBAT tersebut haruslah mengikuti aturan sebagai berikut:
1. Ketika membaca lafaz LA, maka dengan gerakan kepala, lafaz LA tersebut dimulai dari bahu kiri menuju ke bawah ke arah perut, kemudian diputarkan mengelilingi tali pusat lalu diteruskan ke arah atas menuju bahu kanan;
2. Pada waktu berada di bahu kanan itulah lafaz ILAHA diucapan sambil kepalanya dimiringkan ke arah belikat kanannya;
3. Sambil kepala ditekan ke arah hati sanubarinya, lafaz ILA ALLAH diucapkan dengan penekanan pada sudut kiri bawah dada.
TIGA TAHAP BERDZIKIR
Ada tiga tahap adab berdzikir. Pertama, ada lima perkara sebelum berdzikir. Kedua, dua belas perkara pada saat mengerjakan zikir dan ketiga, ada tiga perkara setelah berdzikir.
Lima perkara yang harus dilakukan sebelum berdzikir adalah sebagai berikut:
1. Bertaubat kepada Allah SWT
2. Mandi atau mengambil air wudhu
3. Diam sambil mengkonsentrasikan diri pada zikir dengan mengikhlaskan hati sebelum berdzikir
4. Hatinya meminta tolong ( bertawasul) kepada para wali-wali Allah
5. Hatinya meminta tolong ( bertawasul) kepada Nabi Muhammad SAW
Sedangkan dua belas perkara saat berzikir adalah sebagaoi berikut:
1. Duduk bersila di tempat yang suci
2. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha
3. Membuat bau harum di tempat zikir
4. Memakai pakaian yang halal dan pakai wangi-wangian
5. Pilih tempat yang tenang dan sunyi
6. Pejamkan mata
7. Bayangkan wajah wali Allah di antara kedua mata agak maju ke depan
8. Tetap istiqomah baik dalam keadaan ada orang maupun sepi
9. Tulus ikhlas hatinya saat berdzikir
10. Dzikir utama adalah LA ILAHA ILLA ALLAH
11. Berusaha menghadirkan ALLAH SWT dalam setiap mengucapkan dzikir LA ILAHA ILLA ALLAH
12. Meniadakan wujud lain selain Allah.
Sedangkan tiga macam adab lainnya setelah selesai berdzikir adalah:
1. Diam sejenak sesaat setelah usai melakukan dzikir dan tetap diam di tempat
2. Mengatur dan mengembalikan nafas seperti semula
3. Menahan diri untuk minum air
Sangat dianjurkan untuk melakukan pemutihan diri dari semua amalan negatif sebelum menjalankan ritual dzikir. Caranya adalah menjalankan PUASA selama 7 hari. Usai menjalankan puasa baru kemudian menjalankan amalan zikir rutin. Bagi para pejalan spiritual yang ingin lebih mendalami laku suluknya, maka disarankan untuk melakukan dzikir dengan cara:
1. BERTAPA (Uzlah). Ini adalah syarat agar laku suluk kita semakin bagus. Uzlah adalah mengasingkan diri untuk sementara waktu dari keramaian dan dari pergaulan sehari-hari. Ini biasa dilakukan oleh murid-murid tarekat di masa silam. Bila anda berkesempatan untuk uzlah, silahkan pergi ke gunung atau hutan dan carilah sebuah gua. Siapkan bekal makan dan minum yang cukup untuk sekian lama Anda inginkan. Pedoman selesainya uzlah adalah KEMANTAPAN HATI setelah bertemu dengan apa yang dicari. Namun kini, uzlah dianggap terlalu berat sehingga sebagai penggantinya adalah menjauhkan diri dari segala bentuk perbuatan maksiyat dan terlarang syariat.
2. NGAWULO (Mengabdi). Mengabdi pada “sang guru” selama berbulan-bulan atau mungkin juga hingga bertahun-tahun. Dalam konteks sekarang, cukup kita mengabdi kepada instruksi-instruksi yang diyakini benar dan tawadhu’ (merendahkan diri) untuk tidak mengaku dirinya paling benar dibanding diri yang lain.
3. AMAL SHOLDAQOH. Mengadakan amal shodaqoh dan infaq sesuai dengan kemampuan. Ini sebuah bentuk pengorbanan dan kerelaan melepaskan apa yang dimiliki karena sesungguhnya kita hakekatnya tidak memiliki apa-apa. Hanya DIA yang Maha Memiliki.
Dalam keadaan bersih lahir batin dan untuk sementara mengosongkan diri dari pengaruh duniawi itulah kita menghadap Sang Khalik Yang Maha Suci. Saat bersuluk ini, kita diharapkan untuk selalu menjauhi pikiran kotor dan suci dari batin yang penuh prasangka negatif (suudzon) dan menggantinya dengan prasangka baik (husnudzan) kepada Allah dan kita yakin bahwa hanya DIA-lah sebaik-baiknya tempat bergantung. HASBUNA ALLAH WA NI’MAL WAKIL, NI’MAL MAULA WA NI’MA N-NASIR (Cukuplah Allah sebagai tempat bersandar bagi kami dan Dialah tempat memohon pertolongan manusia).
Apa yang akan terjadi bila kita sudah melengkapi laku suluk mulai Dzikir dan Uzlah secara lengkap? Silahkan ditunggu kejadian-kejadian gaib luar biasa yang akan merubah hidup Anda selamanya. Salam.
ILMU TAUHID
Kita bergantung kepada Allah secara mutlak tanpa ada sedikitpun rasa syak wasangka dan was-was terhadap Allah
Artinya : Kita bertauhid kepada Zat, Pada Sifat, Pada Asma’ dan pada Af’al Allah Semata
Tauhid pada Zat ialah :
Kita mutlak yakin bahwa zat Allah lah yang memerintah alam maya ini (dunia dan isinya) dan tidak menyekutukan- Nya dengan yang lain
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (Ali-Imran : 109)
Tauhid pada Sifat ialah :
Kita bergantung sepenuhnya pada Allah. Manusia tidak berhak atas segala sesuatu kecuali dengan izin Allah
Artinya : kita menafikan diri jahir kita dan mengisbatkan diri kita hanya kepada Allah semata
Tauhid pada Asma’ ialah :
Kita memandang bahwa setiap yang ada dan wujud kita adalah membawa nama Allah dimanapun kita berada disitu ada Allah.
Tauhid pada Af’al ialah :
Kelakuan kita adalah kelakuan Allah SWT semata.
Artinya : kita menafikan kelakuan diri jahir kita dengan mengisbatkan diri bathin kita itu ialah kelakuan zat Allah semata.
1. Suhudul Kasra fil wahda
Artinya : saksikanlah pada yang banyak itu, kepada yang satu
2. Suhudul wahda fil Kasra
Artinya : saksikanlah pada yang satu itu, kepada yang banyak
Ma’rifatullah ialah Mengenal Allah SWT. Pada Zat-Nya, pada Sifat-Nya, pada Asma’-Nya dan pada Af’al-Nya.
1.AWALUDIN MA’RIFATULLAH
AWAL AGAMA MENGENAL ALLAH
2.LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH
TIDAK SYAH SHOLAT TANPA MENGENAL ALLAH
3.MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU
BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA
4.ALASTUBIRAFBIKUM QOLU BALA SYAHIDENA
BUKANKAH AKU INI TUHANMU ? BETUL ENGKAU TUHAN KAMI, KAMI MENJADI SAKSI (Q.S AL-‘ARAF 172)
5.AL INSAANU SIRRI WA ANNA SIRRUHU
MANUSIA ITU RAHASIAKU DAN AKULAH RAHASIANYA
6.WAFI AMFUSIKUM AFALA TUB SIRUUN
AKU ADA DI DALAM JIWAMU MENGAPA KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN
7.WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ
AKU LEBIH DEKAT DARI URAT NADI LEHERMU
8.LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH
AKU TIDAK AKAN MENYEMBAH ALLAH BILA AKU TIDAK MELIHATNYA LEBIH DAHULU
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH
Pada alam Raibul Ruyub yaitu dalam keadaan antah berantah pada zat semata-mata yaitu pada belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan, belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatu. Malahan belum ada tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, diri yang empunya zat tersebut ialah mentajalikan diri-Nya untuk memuji diri-Nya
Lantas ditajali-Nya-lah Nur Allah dan kemudian ditajali-Nya pula Nur Muhammad yaitu insan kamil, yang pada peringkat ini dinamakan anta ana, ana anta. Maka yang empunya zat bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba.Lantas ditanyakannya kepada Nur Muhammad, apakah Aku ini Tuhanmu? Maka menjawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh roh, ya Engkau Tuhanku. Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Araf 172.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
Selepas pengakuan atau persumpahan Roh ini dilaksanakan maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah SWT. Seperti firman Allah dalam hadits qudsi yang artinya : “Aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan makhluk ini dan perkenalkan diriku kepada mereka lalu merekapun mengenal diriku.
Apa yang dimaksud dengan makhluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam maya ini dijadikan dari pada Nur Muhammad. Tuhan yang empunya zat mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri dengan diri Rahasianya sendiri, maka diri rahasianya itu adalah ditanggung dan diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama : Insan yang bertubuh diri bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia atau rohani.
Firman Allah dalam hadits qudsi : Al-Insaanu Sirri wa Ana Sirruhu
Artinya : Manusia itu adalah Rahasiku dan akulah yang menjadi rahasianya.
Jadi yang dinamakan manusia itu ialah : karena Ia mengandung Rahasia
Dengan perkataan lain manusia itu menanggung Rahasia Allah maka manusia harus berusaha mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhan-Nya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada yang empunya diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT. Yaitu Tatkala berpisah Roh dengan jasad.
Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 58 sbb:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam hadits qudsi : Man arafa nafsahu, paqat arafa rabbahu.
Artinya : barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya
Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan rahasia-Nya itu kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya.
Seperti firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72.
Inna ‘araf nal amanata, alas samawati wal ardi wal jibal fa abaina anyah milnaha wa as fakna minha, wahama lahal insannu.
Artinya : sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan memikulnya dan mereasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya.
Oleh karena amanat (rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang empunya Rahasia
Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri bathin/Roh) untuk tujuan inilah maka Adam dilahirkan untuk memperbanyak diri, diri penanggung rahasia dan berkembang dari satu dekade ke satu dekade, dari satu generasi ke generasi yang lain sampai alam ini mengalami kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali.
Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun. Artinya : kita berasal dari Allah , kembali kepada Allah.
Ilmu Qalam ialah ilmu yang paling rendah tingkatannya yaitu Dunia. Namun demikian dengan ilmu ini manusia sudah sampai pergi ke bulan.
Ilmu ghaib ialah ilmu yang diterima manusia melalui jalan laduni yaitu dengan petunjuk guru ghaib yang mursyid. Melalui 5 cara :
1.Nur yaitu petunjuk ghaib yang diterima melalui mimpi-mimpi yang bisa diterjemahkan oleh guru ghaib.
2.Tajali yaitu ilmu ghaib yang diterima melalui penjelmaan buah pikiran dari pada perasaan zuk semasa mereka menjalani latihan tarekat tasauf, sehingga muncul dari akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya.
Misalnya : terbacalah olehnya sepotong do’a sedangkan do’a tersebut belum pernah di bacanya atau diketahuinya.
1.Cara Sir ialah : suatu jalan penyampaian ilmu ghaib secara rahasia, ia hanya dapat dirasakan dan didengar oleh seseorang itu secara mutlak dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya. Suara tersebut akan memberi tahu sesuatu dan mengajarkan ilmu ghaib dengan terang dan jelas berupa bisikan dan disertai dengan satu kelejatan yang sulit untuk diceritakan
2.Cara Sirusir ialah suatu cara penyampaian ilmu dengan cara rahasia . seseorang yang menerima ilmu ghaib dengan cara ini mereka dapat melihat dengan mata basir dan mendengar dengan telinga bathin.
3.Cara Tawasul ialah penjelmaan seorang guru atau wali-wali Allah yang Ghaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang menjalankan ilmu tasauf, mereka ketemu dalam keadaan nyata (hidup) bukan dalam mimpi, dia datang sama seperti kedatangan tamu biasa atau kawan kita. Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat oleh orang ramai, bila kebetulan penjelmaan itu terdapat banyak orang.
Perlu diingat kedatangan mereka merupakan suatu penghormatan yang besar kepada Ahli tasauf atau murid yang sedang mendalami ilmu tasauf. Bagi mereka yang dapat menguasai dan mengalami sendiri ilmu ini maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh alam maya.
Mereka diberi peluang untuk menjelajahi alam lain termasuk alam barzah, syurga dan neraka, arash dan qursyi Allah SWT,. Bagi mereka yang sudah sampai keperingkat ini jiwanya akan tenang disamping tuhannya, semasa hidupnya didunia ini dan juga dalam akhirat nanti, mereka adalah termasuk dikalangan manusia yang baik dan beruntung.
Ilmu Syahadah ialah merupakan Martabat ilmu yang tertinggi, karena ilmu ini Tuhan sendiri yang akan mengajarkan kepada manusia
Manusia diajarkan untuk mengenali dirinya (jasmani) dan diri bathinnya (rohani). Hanya orang yang mempunyai maratabat tinggi disisi Allah yang dapat menguasai ilmu ini. Ilmu ini. Ilmu ini sangat luar biasa karena hanya dimiliki oleh para rasul, Nabi dan wali-wali Allah yang teragung. Maka beruntunglah manusia yang termasuk wali-wali Allah.
……..Man Arafa Nafsahu, Fakat Arafa Rabbahu……(“Barang Siapa Mengenal Dirinya Maka IA akan Mengenal Tuhan-nya”)
Nyawa :
1.Nafas ; Berada dimulut yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia
2.Ampas ; Berada dihidung yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia
3.Tanapas ; Berada ditengah-tengah antara telinga kanan dan telinga kiri
4.Nupus ; Berada dijantung yaitu keadaan kedalam jua, tidak keluar tidak kekanan, maupun kekiri, keatas maupun kebawah, kehadapan maupun kebelakang, yaitu Alif pada insan yang meliputi sekalian tubuh manusia.
Hidup Nafas Karena Ampas
Hidup Ampas Karena Tanapas
Hidup Tanapas Karena Nupus
Hidup Nupus Dengan Rahasia Dan Rahasia Itu Adalah Diri Rahasia Allah SWT, Yaitu Diri Bathin Manusia
orang yang sakti belum tentu dekat dengan allah,tapi orang yang dekat dengan allah pasti sakti. orang cerdas memiliki rencana jangka panjang maupun jangka pendek rencana jangka pendek : memiliki ilmu gaib agar nyaman dan aman beribadah kepada allah selama hidup didunia rencana jangka panjang : memiliki amal ibadah yang banyak dan berbobot tuk bekal bertemu allah dan kengerian hari kiamat.(pangeran pengasih- KWA ).

Rabu, 23 April 2014

Ma'rifat

"Aku bersaksi tiada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan aku bersaksi Muhammad (itu) Pesuruh Allah"

Sungguh suatu kalimat penyaksian yang sangat sempurna, tetapi apakah penyaksian itu sudah benar adanya?
Apakah benar kita sudah bersaksi langsung kepada Allah dan menyaksikan langsung keberadaan Allah? Jikalau belum kita menyaksikan langsung keberadaan Allah apakah bukan berarti kita telah bersaksi palsu? dan bagaimanakah hukum orang yang bersaksi palsu?
Kalau begitu siapakah Allah?
Bagaimanakah Allah?
dan dimanakah Allah?
Apakah Allah itu wujud dan benar adanya?
Dimanakah kebenaran Allah yang sebenarnya?
Apakah di dalam diri kita ataukah di luar diri kita?, kalau di dalam diri kita seperti yang tertulis di dalam Al-Qur'an bahwa Allah itu lebih dekat dari urat leher kita, sebenarnya siapakah diri kita dan bagaimanakah hubungan kita dengan Allah dan kenapa Allah turunkan Al-Qur'an kepada manusia?
Apakah Allah turunkan Al-Qur'an dalam bentuk lisan ataukah tulisan? dan kalau dalam bentuk tulisan apakah arti dari pada tulisan itu serta apa arti dan maksud serta tujuan Allah menciptakan huruf-huruf Aliif sampai dengan huruf Yaa jadi apa bedanya kitab Al-Qur'an dengan Kitabullah?, lalu dimanakah letaknya Al-Qur'an pada manusia? sehingga sampai Al-Qur'an itu dimuliakan dan sampai dijunjung tinggi bahkan membacanya pun sampai dilagukan bahkan diperlombakan.
Hal-hal ini telah membuat aku bingung dan hilang pegangan karena kebenaran-kebenaran yang ada di antara kesemuanya baik Allah, manusia dan Al-Qur'an telah menjadi pudar.
Di mana kebenaran Allah berada dan dimana kebenaran manusia berada serta dimana kebenaran Al-Qur'an berada kesemuanya sudah mulai pudar dan akhirnya kalau semuanya sudah mulai pudar bagaimanakah kejadian alam semesta ini? Karena masing-masing manusia berpegang pada kebenarannya sendiri-sendiri dengan mengaku kebenaran Allah berada di dalamnya. Padahal diri sendiri tidak tahu dimana dan bagaimana sebenarnya kebenaran Allah itu. Karena kalau seumpamanya sampai mereka mengetahui kebenaran Allah yang sebenarnya maka dunia ini tidak akan terjadi kekacauan dan tidak akan terjadi peperangan.
Keamanan dalam negeri dan luar negeri akan terjamin karena Allah itu bersifat Rahmaan dan Rahiim.  Peperangan dan kekacauan, kekerasan dan kedholiman tidak akan terjadi, karena semua manusia berpegang pada satu yaitu Aqidah atau Keyakinan.
Apabila aqidah itu sudah ditanamkan pada suatu tempat yang paling tinggi di muka bumi ini maka akan tercapailah kedamaian dan apa yang kita cari selama ini.
Kenapa di dalam Rukum Islam yang ke lima (5) kita diperintahkan menunaikan Ibadah Hajji? Dan kenapa kita menunaikan Ibadah Hajji harus ke Tanah Suci?  Dan kenapa kita tidak membuat Ka'bah itu lebih dari satu?  Agar manusia tidak menemui kesulitan untuk menunaikannya.
Seperti umpamanya di Indonesia didirikan Ka'bah, di Arab didirikan satu Ka'bah, di Eropa didirikan satu Ka'bah dan seterusnya.
Kalau begitu Allah telah mempersulit manusia untuk menunaikn rukun Islamnya yang ke lima (5) dan berarti di mana letaknya kebenaran Allah?  Apakah ibadah Hajji itu hanya untuk orang-orang yang mempunyai uang saja dan orang-orang miskin tidak bisa melaksanakannya? Dan haruskah menunaikan ibadah Hajji itu ke Mekkah?  Dan begitu pentingkah arti Ka'bah bagi manusia?  Jadi apa sebenarnya Ka'bah itu?  Sehingga seluruh manusia di muka bumi ini harus berkiblat atau menghadapkan sujudnya kearah Ka'bah?
Wahai....seluruh umat Islam di muka bumi ini, yang telah mengaku bersyahadah dengan kalimat Tauhid "Asyhadu an La ilaha ila Allah wa asyhadu ana Muhammad Rasulullah'' marilah bergabung bersama kami untuk mencari kebenaran-kebenaran itu semua karena sesuai dengan syariat rukun Islam yang kelima (5) menunaikan ibadah haji jika mampu dan bersama-sama kita berjalan menuju Ka'bah untuk mempersatukan aqidah, karena aqidah itu hanya satu dan Ka'bah itu pun hanya satu dan pemiliknya hanya satu. Satu maksud, satu tujuan, dan satu kebenaran yaituKebenaran Allah.
Kita buka diri kita agar mengerti siapa diri kita, kita buka Al-Qur'an agar mengerti apa dan siapa Al-Qur'an dan kita buka Allah agar mengerti siapa itu Allah, dan akhirnya kita akan menemukan kebenaran Allah yang hakiki bahwa yang benar adalah Allah bukanlah kita sebagai manusia.
Janganlah mengaku diri sendiri sudah mempunyai ilmu padahal sebenarnya adalah kosong karena tidak ada satu mahluk di dunia ini yang mempunyai ilmu selain dari pada Allah karena ilmu itu milik Allah dan manusia hanya sekedar diberi pengetahuan (bukan ilmu) agar mengerti dan mencari kebenaran manusia itu sendiri dan kebenaran Al-Qur'an dan kebenaran Allah dan yang terakhir adalah kebenaran dari pada Dzat-Nya.
"Barang Siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya" dan barang siapa yang sudah mengenal Tuhannya berarti dia sudah bersyahadah (menyaksikan) LA ILAHA ILA ALLAH, dan barang siapa yang sudah bersyahadah berarti dia sudah Islam dan Allah akan mengatakan (bahwa) "Hari ini telah Ku sempurnakan nikmatmu dan Aku (Allah) ridho Islam-lah agamamu".
Tidak ada yang bisa berjalan di muka bumi ini tanpa dia mengerti dirinya dan tidak ada usaha yang maju atau sukses tanpa dia mengerti usahanya karena semuanya itu adalah atas dasar satu kehendak yaitu kehendak Allah dan bukanlah kehendak manusia.
Begitu pula suatu bangsa atau negara, apabila suatu bangsa atau negara itu mengerti akan hakekat berbangsa dan bernegara dan mengerti hakekat dari pada dirinya maka tidak akan mungkin terjadi perpecahan dan tidak akan muncul tragedi teroris yang selama ini selalu dituduhkan kedalam diri Islam.
Di dunia dan alam semesta ini hanya ada satu kekuatan yaitu kekuatan Allah (Wa Lam Yakun Lahu Kufuwan Ahad) dan segala apapun yang terjadi di dunia ini adalah kehendak Allah.  Amerika bukanlah negara super power, Rusia juga bukan negara super power karena kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing negara di dunia ini hanyalah bersifat fatamorgana atau ilusi belaka.
Jika Allah berkehendak satu negara itu hancur, akan hancurlah negara itu dan begitu pula apabila Allah berkehendak dunia ini hancur akan hancurlah dunia.
Tetapi jika Allah berkehendak suatu bangsa itu maju maka akan majulah bangsa itu, dan semua ini adalah kehendak Allah dan Allah akan melihat dan memilih bangsa atau negara mana yang harus dihancurkan dan bangsa atau negara mana yang harus dibangkitkan dan siapa-siapa yng dekat dan mengenal akan Allah maka itulah yang akan diselamatkan oleh Allah.
Negara atau Bangsa Indonesia tidak pernah bercita-cita untuk menjadi negara super power seperti negara-negara lainnya tetapi negara atau bangsa Indonesia hanya bercita-cita untuk menjadi "Mercusuar" dunia, dan inilah cita-cita bangsa Indonesia yang sudah diprakarsai atau dijalankan oleh almarhum Presiden R.I yang pertama yaitu Soekarno atau lebih dikenal dengan nama "Bung Karno".



Di dalam hal ini bukanlah dilihat dari sosok tubuh atau jasad dari Soekarno atau Bung Karno-nya tetapi yang dilihat adalah aqidah atau keyakinan dari Bung Karno.
Soekarno atau Bung Karno melihat dunia ini dari sudut aqidah atau keyakinan, dan John F. Kennedy melihat dunia ini dari segi akal yang lebih banyak dipengaruhi oleh hawa nafsu dan Khrushcev melihat dunia ini dari segi hawa nafsu dan sedikit dipengaruhi oleh akal, masing-masing ingin (berambisi) untuk  menguasai dunia, tetapi apa yang terjadi dan siapa pemenangnya? Yang satu berpegang pada aqidah atau keyakinan, dan yang satu berpegang pada akal, dan yang satu lagi berpegang pada hawa nafsu.  Ternyata akal dan hawa nafsu tidak bisa melawan aqidah karena aqidah berpegang pada Kitabullah dan pada Al-Qur'an. Akal berpegang pada aqidah dan nafsu berpegang pada aqidah, karena aqidahlah yang menggerakkan akal dan aqidahlah yang menggerakkan hawa nafsu.  Semua itu tertuju pada satu yaitu aqidah dan aqidah ini ibarat lampu di dalam kegelapan dan ibarat mercusuar di dalam pelayaran samudera.
Tetapi Soekarno adalah Soekarno sebagai wujud manusia biasa tidak ubahnya seperti Muhammad Rasulullah yang juga sebagai wujud manusia yang mempunyai keterbatasan usia begitu pula setiap manusia di dunia ini.
Soekarno diganti oleh Soeharto dan aqidah berubah menjadi nafsu, lalu nafsu berubah menjadi akal yaitu B.J. Habibie dan akal tidak berpegang pada aqidah tetapi pada nafsu maka hancurlah akal oleh hawa nafsu dan digantilah oleh K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang berpegang pada hawa nafsu dan sekarang nafsu itu kalah lagi oleh aqidah yaitu Megawati Soekarnoputri.
Sejarah terulang kembali di mana dahulu Indonesia berjalan berpegang pada aqidah dan sekarangpun kembali berpegang pada aqidah tetapi aqidah itu terpecah menjadi dua (2) yaitu aqidah dunia dan aqidah akherat sebab Allah adalah Cahaya Langit dan Bumi "Allahu nurussammawati wal ardhi" (Surat An Nur ayat 35). Inilah perjalanan bangsa Indonesia yang sudah ditentukan oleh Allah dan dituliskan di dalam kitab Al-Qur'an dan begitu pula dengan perjalanan-perjalanan bangsa atau negara-negara lainnya yang kesemuanya itu telah ditentukan oleh Allah dan tertulis pada kitab Al-Qur'an.  Pada dunia ini yang memegang peranan hanyalah dari tiga (3) unsur pokok yaitu Aqidah, akal dan nafsu dan kesemuanya itu tunduk dan patuh pada tiga (3) huruf dalam satu kalimat yaitu Kaf, Wauw dan Nun (Kun) yang berarti  "Jadilah".
Kalau kita sebagai manusia bisa bersandar pada tiga (3) unsur atau tiga (3) huruf ini maka dunia bisa dikuasai, tetapi siapakah yang bisa menguasai tiga (3) unsur atau tiga (3) huruf ini?
Dahulu yang bisa menguasai ini hanyalah Soekarno Presiden R.I. yang pertama dan sekarang Soekarno-Soekarno seperti itu belum keluar lagi, walaupun sebenarnya sudah ada.
Di dunia ini sudah ada orang yang menguasai tiga (3) huruf ini, dan entah nanti munculnya dari mana dan siapa, karena di dunia ini hanya ada satu orang saja yang dikuasakan oleh Allah untuk mengatur dunia, apakah orang itu berasal dari Amerika atau Belanda atau dari negara-negara Timur atau juga dari Asia atau mungkin Indonesia.  Oleh karena itu bergabunglah dengan kami untuk dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan negara-negara di dunia siapa tahu diantara kita semua ada yang menjadi orang satu-satunya yang bisa menguasai dunia.

Sabtu, 12 April 2014

Matilah sebelum mati

BISSMILLAHIRRAHMAN,NIRRAHIM.
Matilah sebelum Mati.
Yg mati itu diri yg mengaku Kita.
Maka akan trasa hampa dan hening.
KOSONG.
Jika para marifat masih faham di atas maka belum lah puncak dari segalanya.
Lalu puncak dari marifat itu sendiri yg bagaimana?

/Lailahaillallah hul malikul haqqul mubin …
Muhammad rasulullah shodiqul wa’dul amin …
Nur tajalli sifatullah … sifat menjadi kalamullah …
Terangi hati hambaMu ya All*h … seperti hati Rasulullah … amin
/Bismilahh

Mari kita mulai saja kajian ini 

Mutu Qobla anta mutu ... matikan dirimu sebelum kamu mati ...

Inilah sebenarnya jalan hakikat ... keluarlah dari keakuan kita, baru benar ... dan jalan mati sebelum mati itu ... hendaklah menuju fana af’al, asma, sifat dan zat ... hanya All*h yang hidup tiada mati ... maka yakinlah kita mengenal Tuha* itu hidup tiada mati ... kita tetap mati ... mengenal yang dikenal hanya ia jua ...

/ Maka setelah cawan yg kosong baik nya kita isi dgn air yg suci dan menyucikan.

/ Perkataan sahabat 4 dihadapan Rasulullah SAW :

Abu Bakar : barang siapa mengatakan manusia itu bukannya All*h ...
maka orang itu menjadi Kaf*r ... 

Umar : barang siapa mengatakan manusia itu bukannya martabat All*h ...
maka orang itu Zind*k ... 

Usman : barang siapa mengatakan manusia itu bukannya rasa All*h ...
maka orang itu syir*k ... 

Ali : barang siapa mengatakan manusia itu bukan dirinya sendiri ... 
maka orang itu Munaf*k ...

Rasulullah SAW : Kalian benar hai sahabatku ... 
/org ma'rifat itu , org yg sudah thu bahwa tdk ada yg lebih hebat dri pda tuhan(allah) , sehelai daun pun tdk akan jatuh tnpa seijin tuhan(allah)

Yg ada hanya allah

/ Saudaraku sekalian yg dicintai Allah.
Kaliang ngaku bodoh trus kapan pintar-Nya.
Jika tk faham sama postingan ku di atas.
Perhatikanlah oleh kalian semua.
Se,ekor ulat yg bertapa dlm kepompongnya.
Maka setelah ulat itu keluar ia akan terlahir sebagai kupu-kupu yg indah mempesona.
Apakah tlah luputkah ayat yg tertancap dari pandangan kalian.
heu.

salam silaturahmi.
/Tuh*n hanya nyata kepada Insan, tidak pada yang lain
/Perjalanan menuju ma'rifah tidaklah mudah,seperti yg dikatakan sohibul status, bila qt meliht pd ulat yg kmudian menjadi kupu2,menurut cra pndangan mata begitu mudahx ulat it brubah, krn mata tidak tau apa yg sedang trjadi pada ult it sblum mnjdi kupu2
/Hakekat All*h hidup tiada mati … Hakekat Muhamm*d Haq diri Allah … Hakekat Ad*m tiada diriku, All*h yg ada
/Maksud ku apakah kalian akan terus menjadi ulat?

Ataukah hanya ingin menjadi kepompong?

heu.
/Seseorang tidak akan sampai pada derajat hakikat ... sebelum dia sanggup menghadapi tuduhan kafir zindiq (caci, maki, fitnah sesat dsb) ... dari seribu orang shiddiqin (orang yg baik dan benar) ...

/cara mudah untuk mencapai drajat ini hrus tahu dlu makna kandungan bapak segala doa di al'quran 

TASHOWWUF (biasa di tulis dg tasawuf) ADALAH INTI AGAMA

Jika kata mereka Tasawuf bukan berasal dari Islam, maka saya katakan bahwa Tasawuf adalah Puncak Rukun Agama (الدين). Bukankah Rasulullah Saw. pernah ditanya Jibril As:


يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ ( رواه مسلم )

Setelah Jibril pergi Rasulullah SAW mengatakan kepada para Sahabat Ra:
فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ

Sangat jelas mantuq dari hadits di atas bahwa rukun Agama yang diajarkan oleh Jibril As. kepada Rasulullah Saw. adalah Iman, Islam dan Ihsan. Jika dari ketiganya ada yang kurang maka agama tidak sempurna dan tidak sah. Dan Tasawuf adalah Ihsan, sebab yang dibahas di dalam Tasawuf adalah Ihsan, yaitu bagaimana kita agar selalu dalam kondisi ibadah yang total, merasa selalu berada dalam pengawasan Allah Swt hingga seolah-olah kita melihat Allah Swt. dengan mata hati kita المشاهدة) (, atau jika tidak sanggup Allah Swt-lah yang melihat kita ( المراقبة ).

Iman telah dibahas di dalam tauhid, Islam menjadi garapan fikih dan begitu pula Ihsan dibahas habis-habisan oleh Tasawuf.

Jika kata mereka Tasawuf adalah ilmu baru dalam Islam yang hanya muncul di abad ketiga hijriyah, dimana pada waktu itu seluruh ilmu dari Yunani dan Persia diserap oleh Islam hingga mereka mengatakan bahwa Tasawuf adalah ilmu asing. Maka saya katakan bahwa Tasawuf adalah ilmu yang sudah ada jauh-jauh hari sebelum ilmu-ilmu lain muncul yang diajarkan langsung oleh Rasulullah Saw. kepada para sahabat Ra. Bahkan substansi Tasawuf telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. kepada umat-Nya. Bukankah sabar dan ikhlas adalah mata kuliah pertama yang diajarkan Rasulullah Saw. kepada para sahabat ketika para sahabat merasakan penderitaan yang luar biasa dari orang-orang Quraisy yang menolak keras risalah Rasulullah Saw. Bukankah Rasulullah Saw. yang mengajarkan mahabbah ketika menyatukan kaum Muhajirin dan Anshor hingga mereka lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri, sampai-sampai kaum Anshor rela memberikan harta-harta dan rumah-rumah bahkan istri kepada kaum Muhajirin. Bukankah Rasulullah Saw. yang mengajarkan bahwasanya cara bersyukur itu adalah dengan menggunakan nikmat Allah Swt. tidak untuk memaksiati-Nya tetapi menggunakannya sesuai pada fungsinya. Jika kita telaah literatur-literatur tasawuf, kita akan melihat substansinya tidak lain dan tidak lari dari taubat, khauf, ar-raja’, jujur, ikhlas, sabar, wara’, zuhud, ridha, tawakkal dan syukur, dll. Bukankah itu semua amalan-amalan Rasulullah Saw., para sahabat beserta keluarganya radhiyallahu anhum.

Tasawuf berasal dari Islam sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, seperti Fikih, Nahwu, Sharaf, Tafsir dan Tauhid. Hanyasaja istilah Tasawuf dan pembukuannya baru muncul belakangan. Sebagaimana fikih baru dibukukan dan diistilahkan oleh imam kita yang empat di abad ke 2 H, dan Nahwu baru diistilahkan dan dibukukan oleh Sibawaih di abad ke 3 H, begitu pula Tasawuf baru diistilahkan dan dibukukan oleh ulama-ulama zuhud di abad ke 2 H. Bukankah istilah-istilah fiqh, nahwu, sharaf, tafsir dan tasawuf belum dikenal di zaman Rasulullah Saw. sebagai sebuah disiplin ilmu ?

Jika kata mereka di dalam Tasawuf banyak terdapat bid’ah dan penyisipan (dussah). Maka saya katakan bahwa di dalam ilmu-ilmu lainpun juga banyak terdapat bid’ah dan dussah. Bukankan para ulama fiqh banyak yang menjual fatwa kepada umat?. Bukankah ini ‘ainul bid’ah yang Rasulullah Saw. berserta para sahabat tidak pernah melakukannya? Bukankah ini sangat menyimpang dari ajaran Islam?. Begitu juga dalam wilayah ilmu Tauhid, berapa banyak akidah-akidah menyimpang yang lahir didalam wilayah ilmu Tauhid sebagaimana yang terjadi pada mu’tazilah, murjiah, jabbariyah dan sebagainya. Pun begitu pula tafsir, banyak sekali dussah yang disisipkan berupa cerita-cerita israiliyat bathil yang sangat bertolak belakang dengan akidah islamiyyah. Ini terjadi karena banyaknya para rawi yang beristifadah terhadap ahlul kitab atau terhadap ahlul kitab yang sudah masuk Islam. Mereka menyisipkan kisah-kisah israiliyat dari keyakinan lama mereka, seperti mengatakan bahwasanya beberapa anbiya’ pernah melakukan maksiat, atau seperti Daud As. yang mencintai istri panglimanya dan merencanakan pembunuhan kepada panglimanya, dan seperti menisbahkan Yusuf As. Pada hal-hal yang kotor dan keji, na’udzubillah. Sungguh sangat jauh para anbiya’ dari hal yang demikian. Begitu juga ilmu hadits, banyak sekali dussah hingga terkadang banyak tambahan-tambahan matan yang pada hakikatnya bukan kalam Rasulullah Saw. Untunglah para ulama hadits seperti Bukhari dan Muslim telah mentahzib itu semua. Dan banyak sekali kita temukan hadits-hadits maudhu’ yang bukan kalam Rasulullah Saw. tetapi dinisbahkan kepada Rasulullah Saw. Begitu juga ilmu-ilmu yang lainnya seperti tarikh yang bisa jadi lebih banyak lagi dussahnya.

Maka begitu pulalah yang terjadi dalam ilmu Tasawuf, yang juga tidak selamat dari sisipan dan penyimpangan. Banyak sekali sisipan yang terjadi di dalam turats-turats Tasawuf. Mereka ingin memburuk-burukkan Tasawuf dan ulama-ulamanya agar umat jauh dari inti ajaran Rasulullah Saw. Mereka menisbahkan istilah-istilah tertentu seperti hulul dan ittihad kepada ulama-ulama Tasawuf, bahwasanya Khaliq Swt. adalah inti makhluk seperti yang terjadi pada Hallaj dan Ibnu Arabi. Padahal mereka jauh dari itu semua. Karena fitnah hulul dan Ittihad ini maka jutaan khazanah akhlaq dalam Tasawuf yang tependam dalam turats-turats dan dada para ulamanya dijauhi oleh umat.

Begitu pula orang-orang yang mengaku-ngaku bahwa dia ahli Tasawuf. Kemudian dia banyak melakukan bid’ah dan khurafat sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang zindiq yang tidak shalat dan mengaku telah wushul kepada Allah Swt. hingga tidak lagi ditaklif oleh syariat karena telah mendapatkan hakekatnya. Sungguh ini sangat jauh dari ajaran Tasawuf yang tidak pernah kita temukan sepatah kalimatpun di dalam literatur-literatur turats. Begitu pula Tasawuf di tanah air kita, juga tidak luput dari ulah para mubtadi’ dan pelaku khurafat yang mengaku-ngaku telah memperdalam ilmu kebathinan hingga mampu menangkap ribuan jin dan ia menisbahkan dirinya kepada salah satu jamaah Tasawuf.

Tasawuf di tanah air sangat memprihatinkan. Umat Islam hanya mengenal bahwa bertasawuf adalah bersuluk, dan bersuluk adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan mengasingkan diri dalam beberapa hari tertentu dengan melakukan amalan-amalan zikir tertentu. Jika sudah khatam maka mereka sudah dapat dikatakan telah mejalani kehidupan yang bertasawuf. Padahal suluk adalah bagian dari Tasawuf dan tidak lain adalah tarbiyah diri untuk menuju jalan kepada Allah Swt. Artinya suluk yang mereka pahami sangat sempit dan tidak tepat, sebab suluk lebih luas dari itu. Tasawuf di tanah air juga lebih terkenal dengan madrasah perdukunan dan pengobatan, sebab banyak sekali dukun dan tabib yang menisbahkan ilmunya sebagai hasil dari tasawuf versi mereka. Terlebih-lebih di dunia akademis kampus tanah air lebih menyedihkan. Tasawuf lebih dikenal sebagai bagian dari ilmu filsafat, hanya saja para akademis itu mengistilahkannya dengan Tasawuf Falsafi. Mereka membaca turats-turats Tasawuf namun sangat disayangkan mereka hanya membaca terjemahannya, apakah terjemahan Inggris, Perancis dan sebagainya. Kemudian buku-buku ini diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahan bahasa Indonesia inilah yang telah diterjemahkan bukan dari sumber aslinya, dibaca oleh para akademis kita di tanah air. Maka jangan heran jika para akademis itu mengatakan bahwa Tasawuf mengajarkan kemiskinan kepada umat Islam dan Tasawuf adalah biang kerok keterpurukan umat Islam, sebab mereka membaca terjemahan, bahwa fakir dalam terjemahan mereka adalah miskin dan melarat. Padahal fakir dalam Tasawuf adalah iftiqar yaitu “ihtiyaj” (merasa butuh kepada Allah Swt.) karena kita pada hakekatnya tidak memiliki apapun. Allah SWT berfirman:
“Hai manusia, kamu itu faqir kepada Allah; dan Allahlah yang Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (QS Fathir: 15).
Wallahu A’lam.

Ushul Fiqih – Definisi dan Faedahnya (Pengantar)

بسم الله الرمحن الرحيم
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam).”
~HSR al-Bukhari (no. 2948) dan Muslim (no. 1037).~ 
Keberhasilan seorang muslim adalah diberhasilkannya ia oleh Alloh Ta’ala untuk memahami agama.
Ilmu ushul fiqh adalah salah satu ilmu terpenting di dalam mempelajari ilmu agama.
Ushul fiqh didefiniskan dengan 2 pengertian
1. Ditinjau dari definisi kata penyusunnya,yakni kata “ushul” dan kata “fiqh“.
Ushul
الأصول jamak dari أصل (ashlun) yaitu perkara yang dibangun di atasnya perkara yang lainnya (atau dasar untuk membangun berbagai hal – ed).
Sebagai contoh, yang dimaksud dengan “ashl dinding”  adalah pondasinya dimana dinding tersebut dibangun di atas pondasi tersebut. Dan yang dimaksud dengan “ashl pohon” adalah batangnya dimana dari batang tersebut bercabanglah dahan-dahan pohon.
seperti dalam Quran Surat Ibrahim ayat 24, Alloh Ta’ala berfirman :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
Fiqh
Menurut bahasa berasal dari kata الفهم (paham). Salah satunya tertera di Al Quran Surat Thoha ayat 27-28 :
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي- 27 يَفْقَهُوا قَوْلِي-28
Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. 
Sedangkan,menurut istilah,yakni
Ma’rifatul ahkamisy syar’iyatil ‘amaliyah bi-adillatihat tafshiliyah
Pengetahuan terhadap hukum-hukum yang syar’i yang berkaitan dengan ‘amailyah disertai dali-dalilnya yang rinci
Detailnya
a. “Pengetahuan” (Ma’rifah)
bermakna Al-’Ilmu,yang bisa diartikan sebagai “keyakinan” dan Azh-Zhon,yakni sesuatu yang di bawah/lebih rendah dibandingkan keyakinan (seperti prasangka)
Adapun untuk Azh-Zhon harus memiliki sumber atau berasal dari ijtihad.
Untuk pengertian di atas, ini menjadi gambaran bahwa perkara fiqh memiliki banyak perselisihan (khilafiyah),karena hampir banyak dari perkara fiqh berasal dari ijtihad. Berbeda dengan perkara ‘aqidah yang ahlus sunnah tidak memiliki perselisihan dalam hal ini karena bersumber dari keyakinan.
b. “Hukum-hukum yang syar’i” (Al-Ahkamusy Syar’iyyah)
maksudnya adalah hukum-hukum yang berasal dari syari’at, seperti wajib dan haram. Hukum fiqh tidak membahas hukum yang bisa diketahui dengan akal semata semisal yang namanya ‘seluruh’ itu lebih banyak daripada ‘sebagian’. Dan juga tidak membahas hukum yang berkaitan dengan kebiasaan semisal jika di pagi hari udara cerah dan ada bekas air, maka pertanda turunnya hujan rintik di malam hari.
c. “‘Amaliyyah atau yang bersifat amalan” (‘Amaliyyah)
adalah sesuatu yang tidak berkaitan dengan I’tiqod (keyakinan), seperti sholat dan zakat. Oleh karena itu, ketika kita ingin mempelajari ilmu Tauhid Asma’ Wa shifat tidak ditemui di buku fiqh. Begitu juga ketika mencari penjelasan tentang sholat tidak ditemui di kitab tauhid.
Meskipun begitu, perkara fiqh tidak bisa dilepaskan dari ‘aqidah,seperti tentang syarat diterimanya sebuah amalan.
d. “Dengan dalil-dalil yang rinci” (Bi-adillatit tafshiliyyah)
maksudnya adalah dalil-dalil terkait persoalan fiqh adalah dalil-dalil yang terperinci, sedangkan terkait ushul fiqh adalah dalil ijmali.
Sebagai contoh dalil tentang kewajiban sholat.
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ
dalil ini adalah dalil yang rinci tentang kewajiban sholat, ini dibahas di ilmu fiqh. sedangkan di dalam ilmu ushul fiqh yang dibahas adalah kaidah mengapa kata أَقِيمُوا  (dirikanlah shalat) menunjukkan sebuah kewajiban.
2. Ditinjau dari kedudukannya sebagai bidang ilmu,
Ilmu yang membahas/mempelajari dalil-dalil fiqh yang ijmali dan bagaimana menyimpulkan hukum dari dalil-dalil tersebut dan keadaan orang yang memanfaatkannya.
Detail
Ijmali” (Al-Ijmaliyyah)
maksudnya adalah kaidah-kaidah secara umum. misalnya “perintah pada asalnya menunjukkan wajibnya hal tersebut” dan “larangan pada asalnya menunjukkan haramnya hal tersebut”.
Bagaimana menyimpulkan hukum dari dalil-dalil tersebut” (Wa kaifiyati al-istifadati minha)
maksudnya adalah bagaimana cara menyimpulkan hukum suatu perbuatan dari dalil-dalil yang ada, seperti dengan mempelajari lafazh-lafazhnya karena terkait ilmu bahasa arab.
Seperti pada potongan ayat وَأَقِيمُوا الصَّلَاة. Apakah kata “الصَّلَاة” di sini bermakna semua sholat diwajibkan?
jika dari segi ilmu bahasa, maka jawabannya adalah tidak. karena kata “الصَّلَاة” tersebut menggunakan alif-lam ma’rifat di awalnya yang menunjukkan sebagian.
“keadaan orang yang memanfaatkannya” (wa haali al mustafiid)
Seorang baru dikatakan mujtahid atau ahli dalam ilmu fiqh kalau dia sudah memahami dan menguasai ilmu ushul fiqh, karena ilmu ushul fiqh ini adalah pokok/dasar dari ilmu fiqh. Karena ketika ia memahami dan menguasai ilmu ushul fiqh,ia dapat mengolah data (dalam hal ini adalah dalil-dalil yang ada) menjadi sebuah hukum.
Faedah ushul fiqh
Ilmu ushul fiqh adalah ilmu yang derajatnya mulia, sangat penting, dan memiliki banyak faedah. Faedahnya adalah, dengan kemampuan menguasai ilmu ushul fiqh, maka seseorang bisa mengeluarkan hukum-hukum syar’i dari dalil-dalil yang ada.
ringkasan catatan pertemuan pertama materi Ushul Fiqh dari Kitab Al-Ushul min ‘Ilmi Ushul karangan Syaikh Muhammad bin Sholih Utsaimin dengan pemateri Ustadz Mu’tashim.


 

My Blog List

Site Info

Abc
DESA KERTAHAYU Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template