Sabtu, 31 Agustus 2013

SAN ANDREAS FAULT



The San Andreas Fault marks the junction between the North American and Pacific Plates. The fault is 1300 km long, extends to at least 25 km in depth, and has a north west-south east trend. It is classified as a right lateral (dextral) strike-slip fault.  
Although both plates are moving in a north westerly direction, the Pacific Plate is moving faster than the North American Plate, so the relative movement of the North American Plate is to the south east. The Pacific Plate is being moved north west due to sea floor spreading from the East Pacific Rise (divergent margin) in the Gulf of California. The North American Plate is being pushed west and north west due to sea floor spreading from the Mid Atlantic Ridge (divergent margin).
Movement along the fault is not smooth and continual, but sporadic and jerky. Frictional forces lock the blocks of lithosphere together for years at a time. When the frictional forces are overcome, the plates slip suddenly and shallow focus earthquakes are generated. Landscape and manmade features (eg rivers, fences and roads) are displaced across the fault as movement occurs. San Francisco has historically suffered significant earthquakes, notably in 1906 and 1989.
The average rate of movement along the San Andreas Fault is between 30mm and 50mm per year over the last 10 million years. If current rates of movement are maintained Los Angeles will be adjacent to San Francisco in approximately 20 million years.

Kerugian dan keuntungan berada di daerah pertemuan Lempeng

Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal; diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan.

Peristiwa tektonik yang cukup aktif, selain menimbulkan gempa dan tsunami, juga membawa berkah dengan terbentuknya banyak cekungan sedimen (sedimentary basin). Cekungan ini mengakomodasikan sedimen yang selanjutnya menjadi batuan induk maupun batuan reservoir hydrocarbon. Kadungan minyak dan gas alam inilah yang kini banyak kita tambang dan menjadi tulang punggung perekonomian kita sehingga tahun 1990-an.
Peta Tektonik dan Gunung Berapi di Indonesia. Garis biru melambangkan batas antar lempeng tektonik, dan segitiga merah melambangkan kumpulan gunung berapi. Sumber: MSN Encarta Encyclopedia

Indonesia, juga merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur laut. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang komplek dari arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore arc merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering di sebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun di laut. Pada daerah ini material batuan penyusun utama lingkungan ini juga sangat spesifik serta mengandung potensi sumberdaya alam dari bahan tambang yang cukup besar. Volcanic arc merupakan jalur pegunungan aktif di Indonesia yang memiliki topografi khas dengan sumberdaya alam yang khas juga. Back arc merupakan bagian paling belakang dari rangkaian busur tektonik yang relatif paling stabil dengan topografi yang hampir seragam berfungsi sebagai tempat sedimentasi. Semua daerah tersebut memiliki kekhasan dan keunikan yang jarang ditemui di daerah lain, baik keanegaragaman hayatinya maupun keanekaragaman geologinya.

Indonesia merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur laut. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang komplek dari arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore arc merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering di sebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun di laut. Pada daerah ini material batuan penyusun utama lingkungan ini juga sangat spesifik serta mengandung potensi sumber daya alam dari bahan tambang yang cukup besar.


Perkataan bumi yang padat dan tenang sebenarnya salah, didalam bumi ada beberapa lempengan dunia yang terus bergerak saling menyeimbangkan satu sama lain. Dalam proses penyeimbangan ini menyebabkan terjadinya pergesekan yang mengakibatkan gempa TEKTONIK. Sedangkah akibat adanya aktifitas tektonik ini akan dapat memicu gunung api aktif bereaksi untuk menyeimbangkan juga yang nantinya akan menyebabkan gempa VULKANIK.

lempengan-dunia

Bisa kalian lihat sendiri garis yang berwarna kuning di atas adalah lempengan dunia yang terus bergerak dan bergesekan untuk mencari keseimbangan dan tanpa disengaja lempengan ini tepat berada di wilayah Indonesia dan sebagian Jepang. Maka dari itu yang sering mengalami gempa dan tsunami sebenarnya adalah Indonesia dan Jepang inilah awal mula teorinya mengapa sering terjadi gempa di Indonesia.

lempengan-indonesia

Disini lebih jelas lagi dimana kalian bisa melihat dengan jelas letak lempengan dan gunung api aktif yang berada diwilayah sekitar lempengan, memang harus diakui bahwa Indonesia adalah daerah rawan gempa tektonik dan vulkanik, sayangnya tidak ada alat prediksi yang sangat akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi, tentunya di sepanjang lempengan itu adalah daerah yang rawan gempa.


Lalu mengapa terjadi tsunami dan kadang tidak terjadi tsunami? tsunami yang kita kenal dengan sebutan lain “pembunuh yang sangat diam / Silent killer” karena memang gejala awalnya sangat kecil. Tsunami terjadi apabila terjadi pergesekan lempengan didasar laut yang dapat memicunya. Misalnya: Terjadi patahan akibat penyeimbangan lempeng maka gejala awal yang terjadi adalah gempa tektonik, terkadang akibat penyeimbangan ini salah satu lempeng akan masuk dan salah satu lempeng akan keluar ke permukaan sehingga menyebabkan air akan mencari keseimbangan juga, perlu di ketahui zat cair seperti air akan selalu mencari tempat terendah dan menyesuaikan dataran permukaannya karena di pengaruhi oleh medan grafitasi bumi. Contoh mudahnya masukkan tangan kalian ke dalam bak mandi lalu hentakkan tangan kalian ke atas maka air akan beriak bergerak mencari keseimbangan, dalam hal ini gelombang dalam skala besar ini yang disebut sebagai tsunami.

tsunami
tsunami

Bagaimana mengidentifikasi akan terjadi tsunami? ada beberapa cara yaitu:
  • Lihat posisi gempa, jika terjadi dipermukaan laut maka akan lebih berisiko terjadi tsunami.
  • Lihat kekuatan gempa semakin besar maka kemungkinan terjadi tsunami pun akan semakin besar, Namun ini tidak mutlak.
  • Terjadinya surut air laut yang mendadak setelah gempa.
  • Hewan bertingkah aneh, sebenarnya ini belum terbukti namun banyak yang mengemukakan perihal teori ini.
Bagaimana menyelamatkan diri waktu terjadi tsunami? ada baiknya setelah gempa terjadi segeralah menuju ke daerah yang lebih tinggi misalnya perbukitan atau gunung terdekat ini untuk mewaspadai terjadinya tsunami, apabila dalam 1-6 jam tidak terjadi tsunami maka boleh kembali ke tempat masing-masing.
Bagaimana mengatasi kerugian material akibat gempa ini? Seperti kita ketahui gempa selalu (walaupun tidak mutlak) memakan korban jiwa dan material. Untuk mengatasi kerugian material sebenarnya kita bisa membangun rumah anti gempa, Mahal? tentu saja harganya beda dari rumah biasa. Rumah kayu adalah salah satu bangunan yang terbukti paling kuat dan tahan terhadap gempa. Alasannya karena rumah kamu memiliki fondasi yang bisa mengikuti pergerakan tanah. Sebenarnya rumah tembok pun bisa, di Jepang sendiri struktur rumah dan bangunan mereka dibuat agar tahan gempa karena mereka sadar daerah Jepang rawan gempa. Tentunya Indonesia perlu belajar ke Jepang jika ingin mengurangi kerugian material akibat gempa.

Semoga artikel ini berguna untuk dipahami dan memberikan penjelasan ilmiah mengapa terjadi gempa dan tsunami di Indonesia.
 

My Blog List

Site Info

Abc
DESA KERTAHAYU Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template