Rabu, 23 Maret 2011

Kawasan Kertabumi, Ciamis Menyimpan Tinggalan Purba

Kawasan Kertabumi, Ciamis Menyimpan Beragam Tinggalan Purba

KABUPATEN Ciamis mempunyai potensi arkeologis yang cukup beragam. Keanekaragaman potensi tersebut mencakup tinggalan kepurbakalaan dari masa prasejarah hingga masa pengaruh Islam. Dari masa prasejarah dikenal adanya situs-situs yang berada di kawasan Rancah dan Tambaksari. Sedangkan dari masa sejarah tercatat adanya situs Astanagede Kawali dan Karangkamulyan peninggalan masa Kerajaan Sunda, serta situs Jambansari yang merupakan makam Bupati Ciamis pertama dan kerabatnya.

Baru-baru ini telah ditemukan tinggalan arkeologis di situs Kertabumi. Situs ini berada di Dusun Bundar, Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing. Letaknya kira-kira 8 km timur kota Ciamis, atau 3 km timur laut stasiun kereta api Bojong di tepi jalan raya propinsi yang menghubungkan kota Ciamis dan Banjar. Transportasi umum yang dapat digunakan untuk menuju situs berupa ojek yang banyak mangkal di depan stasiun Bojong. Kawasan Kertabumi diapit oleh dua buah sungai besar yaitu Sungai Cileueur dan Cimuntur.

Sebagaimana tinggalan purbakala pada umumnya, kawasan Kertabumi juga dikaitkan dengan legenda. Menurut Bapak Djadja Sukardja, Budayawan Ciamis, berdirinya kota Banjar bermula dari Kerajaan Galuh Kertabumi yang didirikan oleh salah seorang putri raja Galuh Maharaja Prabu Sanghyang Cipta yang berkedudukan di Salawe/Cimaragas. Putri yang bernama Tanduran Ageung tersebut menikah dengan Rangga Permana putra Prabu Geusan Ulun dari Sumedang Larang. Mereka kemudian mendirikan kerajaan Galuh Kertabumi di tepi sungai di daerah Muntur, dengan rajanya bergelar Prabu Dimuntur. Pusat kerajaannya berada di Gunung Susuru. Pada masa raja ke III yang bergelar Singaperbangsa I, pusat kerajaan dipindahkan ke Banjar Patroman yang berada di Desa Banjar Kolot sekarang.

Sehubungan dengan legenda yang berkembang, terdapat 2 buah makam kuna yaitu Makam Dewi Tanduran Ageung (Tanduran Sari) dan Komplek Makam Prabu Dimuntur. Makam Dewi Tanduran Ageung (Tanduran Sari) berada di Dusun Bundar, Desa Kertabumi. Oleh masyarakat setempat lokasi tersebut dinamakan Bojong Gandu atau bekas pasar. Sekeliling makam ditanami pohon angsana, yang berfungsi sebagai pembatas areal makam. Jirat makam dibentuk dengan susunan bongkahan batuan beku andesit. Makam berorientasi arah utara-selatan.

Makam kuna yang lain adalah Komplek Makam Prabu Dimuntur yang terletak di Dusun Sukamulya, Desa Kertabumi. Komplek makam menempati bagian teratas sebuah bukit kecil yang dikelilingi persawahan penduduk. Di sebelah barat bukit kecil itu mengalir Sungai Cimuntur. Salah satu jenis pohon yang tumbuh di lokasi tersebut adalah pohon bungur yang sudah cukup tua berada di sebelah utara makam. Pada saat ini pohon bungur tersebut terbelit oleh akar pohon Kiara. Menurut penuturan Pak Eman (juru kunci ketujuh) pohon Bungur tersebut ditanam oleh Prabu Dimuntur pada waktu beliau membuka lahan di komplek makam dan di sekitarnya.

Komplek Makam terdiri dari 2 bagian. Bagian I terletak di sebelah barat. Disini terdapat makam penasihat kerajaan yang bernama Kiai Dimuntur/Walangsungsang/Mbah Enggang Jaya. Nisan makam ditandai gundukan batu. Bagian kedua yang merupakan bagian utama terbagi lagi menjadi 2 teras. Pada teras pertama terdapat makam anak Prabu Dimuntur yang bernama Dalem Turgina. Sedangkan pada teras yang kedua terbagi 3 buah makam, yaitu Prabu Dimuntur di sebelah timur dan istrinya yang bernama Dewi Tanduran Gagang di sebelah barat. Makam ke tiga berada di sebelah selatan makam Prabu Dimuntur, yaitu makam anak Prabu Dimuntur yang disebut Dalem Bujang, yang meninggal sebelum sempat diberi nama.

Tinggalan arkeologis lain yang terdapat di kawasan Kertabumi berupa bangunan berundak, Gua, dan Sumur batu. Untuk mencapai lokasi bangunan berundak harus melalui celah sempit yang diapit oleh 2 sungai Cimuntur dan Cileueur. Daerah ini disebut Genteng. Selanjutnya sampailah ke lokasi yang disebut Gunung Susuru.

Gunung Susuru merupakan daerah paling selatan Desa Kertabumi. Di lokasi ini terdapat 3 buah bangunan berundak, yang biasa disebut punden. Punden I berada di ujung timurlaut Gunung Susuru. Punden II berada di sebelah baratdaya punden I. Sedangkan punden ke III menempati bagian baratdaya Gunung Susuru. Pada teras teratas dari masing-masing bangunan berundak terdapat sebuah batu datar. Teras-teras bangunan berundak ini dibatasi oleh susunan batu. Batu datar pada punden III telah pecah menjadi 6 bagian.

Pada tebing Gunung Susuru terdapat 5 gua. Dari bentuk fisiknya, gua-gua tersebut pada umumnya merupakan artificial caves (gua buatan) yang ditoreh pada tebing gunung di tepian Sungai Cimuntur dan Cileueur, dengan kemiringan lereng 75o. Pada beberapa gua terdapat temuan berupa tembikar, dan fosil gigi manusia serta hewan. Temuan tersebut menunjukkan bahwa gua tersebut pernah dihuni oleh manusia pada masa lalu.

Pada tepi Sungai Cimuntur di perbatasan Desa Kertabumi dan Desa Danasari, terdapat sebongkah batu berlubang yang oleh masyarakat disebut Sumur batu. Lubang tersebut berdiameter +-50 cm, dipahat pada bagian ceruk di tengah batu. Permukaan lubang selalu dipenuhi air sungai. Pada jaman dahulu masyarakat mempercayai bahwa air tersebut dapat mengobati berbagai penyakit dan tidak pernah mengering walaupun di musim kemarau. Oleh karena itu disebut sumur batu.

Tinggalan-tinggalan arkeologis didukung legenda dan potensi alam yang menarik, saat ini menunggu penanganan. Potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi aset wisata daerah. (Endang Widyastuti)(Balai Arkeologi Bandung/Proyek Pemanfaatan Kebudayaan)

http://www.pelita.or.id/baca.php?id=3406


Selasa, 15 Maret 2011

Sifat Allah dari AlQur'an

Sumber diambil dari :


Sifat Ma’ani : Artinya Allah sebelum menjadikan langit bumi seisinya ini, maka Allah sudah memiliki sifa Ma’ani yaitu Allah sudah kuasa, sudah berkehendak, sifat ma’ani ada 7 yaitu : Qudrat, Iradah, ‘Ilmu, Hayat, Sama’ , Bashar, Kalam

Qudrat = Kuasa
Sifat mustahil / lawan ( muhal ) = ‘Ajzun artinya Lemah ( jawa: apes )
Dalil : Innallaha ‘ala kulli syain qadiir ( Qs Albaqarah 20 )
Innallaha, sesungguhnya Allah, ‘ala kulli Syain diatas segala sesuatu, Qadiruun, Kuasa

Iradat = Allah itu mempunyai kehendak / Berkehendak
Sifat Mustahil/lawan (muhal) = Karohah artinya Mustahil kalau sampai Allah itu terpaksa menuruti kehendak Makhluq ( jawa: kasereng )
Dalil : Fa’aalul lima yuriidu ( Qs Al buruj 16 )
( Dzat yang banyak mencipta segala sesuatu menurut kehendakNya )

‘Ilmu = Allah Maha mengetahui ( Jawa : Ngudaneni )
Sifat Mustahil / lawan ( muhal ) = Jahlun artinya, mustahil jika Allah itu bodoh
Dalil : Innallaha ‘alimun bidzaatish shuduuri ( Qs Al Imron 119 )
Innallaha, sesungguhnya Allah, ‘aliimun, Dzat yang maha mengetahui, bidzaatish shuduuri, diatas orang – orang yang memiliki beberapa macam keadaan hati
( jawa: Setuhune Gusti Allah iku ngudaneni kelawan wong kang anduweni piro – piro ati )

Hayat = Allah itu maha hidup, hidupNya tidak pakai nyawa, tidak pakai sukma
Sifat mustahil / lawan ( muhal ) = Mautun artinya mustahil jika Allah sampai mati.
Dalil : Watawakkal ‘alal hayyilladzii laa yamuutu ( Qs Al Furqan 58 )
Watawakkal, dan bertawakal/pasrah lah engkau Muhammad, kepada Hayyilladzii, Dzat yang maha hidup, laa yamuutu, yang tidak akan mati.

Sama’ = Allah Maha mendengar, mendengarNya tidak pakai telinga ( Jawa : ngerungu, ngerungune ora nganggo kuping )
Sifat mustahil/lawan ( muhal ) = Shomamun, artinya mustahil jika Allah itu tuli
Dalil : Innallaha Samii’un ‘aliim ( Qs Al Imron 34 )
Innallah, sesungguhnya Allah, itu Samii’un, Dzat yang maha mendengar, ‘aliimun dan Dzat maha mengetahui.

Bashar = Allah Maha melihat, melihatNya tidak pakai mata ( Jawa: Gusti Allah iku mesti ningali, ningalane ora nganggo meripat )
Sifat mustahil/lawan ( muhal ) = ‘Umyun artinya mustahil jika Allah buta
Dalil : Wallahu bashiirun bimaa ta’maluna ( Qs Al Hujurat 18 )
( Dan Allah itu Dzat yang maha melihat atas segala sesuatu perbuatan yang kamu lakukan )

Kalam = Allah itu maha berfirman ( berkata – kata ) berkata –katanya Allah tidak pakai suara dan aksara (jawa: Gusti Allah mesti dawuh, dawuhe ora nganggo suoro, ora nganggo aksoro )
Sifat mustahil / lawan ( muhal ) = bukmun artinya mustahil jika Allah itu dzat yang bisu
Dalil : Wakalamallahu Muusa takliiman
Wakalamallahu, dan telah berfirman / berbicara Allah, Muusa kepada nabi Musa, takliiman dengan sebenar – benar berbicara / berfirman.

Sifat Ma’nawiyah : Setelah menjadikan langit bumi sesisinya, Allah mempunyai sifat ma’nawiyah artinya Allah itu Yang Kuasa, Yang berkendak dan seterusnya, sifat ma’nawiyah ada 7 yaitu : Qadiran, Muridan, Aliiman, Hayyan, Samii’an, Bashiiran, Mutakalliman.

Kaunuhu Qadiran = adanya Allah itu Dzat yang Kuasa
Sifat mustahil / lawan = ‘Ajizan artinya mustahil Allah dzat yang lemah
Dalil = sifat qudrat

Kaunuhu Muriidan = adanya Allah itu dzat yang berkehendak
Sifat mustahil / lawan = Karihan artinya mustahil Allah dzat yang tidak berkehendak ( menuruti kehendak makhluq )
Dalil = dalil sifat iradat

Kaunuhu Aliiman = Adanya Allah itu Dzat yang maha mengetahui
Sifat mustahil / lawan = Jahilan artinya mustahil Allah dzat yang bodoh
Dalil = dalil sifat ‘ilmu.

Kaunuhu Hayyan = adanya Allah itu dzat yang maha hidup
Sifat mustahil / lawan = mayyitan artinya mustahil Allah dzat yang mati
Dalil = dalil sifat hayat.

Kaunuhu samii’an = adanya Allah itu dzat yang maha mendengar
Sifat mustahil / lawan = Ashomma artinya mustahil Allah dzat yang tuli
Dalil = dalil sifat sama’

Kaunuhu Bashiiran = adanya Allah itu dzat yang maha melihat
Sifat mustahil / lawan = a’ma artinya mustahil Allah dzat yang buta
Dalil = dalil sifat bashar.

Kaunuhu Mutakalliman = adanya Allah itu dzat yang maha berbicara
Sifat mustahil / lawan = Abkama artinya mustahil Allah dzat yang bisu
Dalil = dalil sifat kalam.

Sifat Jaiz ( kewenangan ) Allah ada satu dijabarkan jadi 5, ditambah sifat mustahilnya 5 jadi 10
1.Allah menjadikan langit bumi seisinya kewenangan Allah, mustahil jika Allah menjadikan langit bumi seisinya wajib
2.Allah menjadikan langit bumi seisinya tidak berharap manfaat, mustahil jika berharap manfaat
3.Allah menjadikan langit bumi seisinya, langit bumi seisinya ini tidak punya daya kekuatan, mustahil jika punya daya kekuatan
4.Allah menjadikan langit bumi seisinya, langit bumi sesisinya tidak punya daya watak / sifat
5Allah menjadikan langit bumi seisinya ini baru, mustahil jika qidam

Aqaidul iman 50 dibagi jadi 2 yaitu :
1. Istighna’
2. Iftiqar

Istighna’ angkullima siwaahu artinya Allah itu maha kaya, tidak butuh sesuatu selainNya, sifatnya ada 28 ( termasuk sifat wajib, mustahil dan jaiz ) yaitu : wujud, qidam,baqa, mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu binafsihi, sama’, bashar, kalam, samii’an, bashiiran, mutakalliman ( 11 ) , sifat mustahilnya 11, jadi 22,
sifat jaiz 3 ( yaitu no 1- 3 diatas ) ditambah mustahil jaiznya 3, jadi 6
22 ditambah 6 = 28

Istighna’ sendiri dibagi menjadi 5
1. Istighna’ fa’il : Allah maha kaya, tidak butuh pada perbuatan ( jawa: ora butuh
marang gawe ) sifatnya yaitu : wujud, qidam, baqa, mukhalafatu lil hawaditsi
2. Istighna’ mahal : Allah maha kaya, tidak butuh pada tempat, sifatnya yaitu qiyamuhu binafsihi
3. Istighna’ mukammil : Allah maha kaya, tidak butuh pada sesuatu yang menyebabkan sempurna, sifatnya yaitu sama’ bashar, kalam, samii’an, bashiiran, mutakalliman
4. Istighna’ maf’ul : Allah maha kaya, tidak butuh pada ciptaanNya, sifatnya sifat jaiz no 1 dan 2, ditambah sifat mustahil dari sifat jaiz tersebut.
5. Istighna’ washitoh : Allah maha kaya, tidak butuh pada lantaran, sifatnya sifat jaiz no 4 ditambah sifat mustahil dari sifat jaiz tersebut.

Iftiqar kullima ‘adaahu ilahi : setiap sesuatu selain Allah pasti butuh pada Allah
terdiri dari 22 sifat ( wajib, mustahil, jaiz ) Yaitu : qudrat, iradat, ilmu, hayat, qadiran, muriidan, ‘aliiman, hayyan, samii’an, wahdaniyah ( 9 sifat ) mustahilnya 9 sifat, ditambah sifat jaiz no 4 dan 5, serta sifat mustahil bagi sifat jaiznya 2, jadi jumlahnya 22 sifat.

Istighna’ 28 sifat , dibagi jadi 2
1.Sifat kamal artinya sempurna, terdiri dari 12 sifat ( wajib, mustahil, jaiz )
2.Sifat Jamal artinya indah, terdiri dari 16 sifat ( wajib, mustahil, jaiz )

Iftiqar 22 sifat dibagi jadi 2
1.Sifat Jalal, artinya Agung, terdiri dari 10 sifat ( wajib, mustahil, jaiz )
2.Sifat Qohar, artinya Perkasa, terdiri dari 12 sifat ( wajib, mustahil, jaiz )

Istghna’ 28 sifat ditambah iftiqar 22 sifat disebut aqaidul iman 50

Semua sifat diatas terangkum dalam kalimah tauhid :
Laa ilha illa Allah

Laa, mengandung sifat kamal 12
Ilaha, mengandung sifat jamal 16
Illa, mengandung sifat jalal 10
Allahu, mengandung sifat qohar 12
Jumlah 50 sifat.

Huruf kalimah tauhid laa ilaha illa Allah, 12 huruf
Lam, lafad Laa, artinya tidak ada yang lainnya
Alif, lafad laa, mustahil jika Allah ada yang lainnya lagi.
Alif, lafad ilaha, itsbat iradat artinya tetap pada kehendak Allah
Lam, lafad ilaha, Nafi mujtahid nakiroh, artinya hati – hati jangan berharap pada Tuhan yang lain, kecuali Allah.
Ha, lafad ilaha, itsbat ahadiyah, tetap satu/esa dzat Allah
Alif, lafad illa, itsbat hidayah, tetap petunjuk dari Allah
Lam, lafad illa, lam nafi ‘ubudiyah, artinya tidak ada sesembahan selain Allah
Alif, lafad illa, artinya mustahil jika ada sesembahan selain Allah.
Alif, lafad Allahu, itsbat wahdiyah, tetap satu hakiki sifat Allah
Lam awwal, lafad Allah, itsbat ta’dim artinya tetap keagungan milik Allah
Lam tsani, lafad Allah, mustahil jika Allah itu tidak bersifat agung.
Ha, lafad Allah itsbat Hawiyah, artinya tetap keluasan milik Allah

Minggu, 06 Maret 2011

Photo Gallery by Kertahayu

Gallery SMA Banjarsari 93









Kamis, 03 Maret 2011

Kertahaju dan Tjiamis Tempo Doeloe


Ieu Pabrik Atji Nu Aya di Wewengkon Tjibeber-Kertahaju-Pamaritjan


Tahun : 1925-1933
Photo diambil oleh : G.F.J. (Georg Friedrich Johannes) Bley (Fotograaf/photographer).
Courtesy : Tropenmuseum - Amsterdam




Ilustrasi jaman dulu kondisi kampung sebelum terbentuk menjadi beberapa desa termasuk Desa Kertahayu ( Ilustrasi)


Imah Sederhana nu jarakna jararauh....



















Tuan tanah
















Jalan satapak















Lembur dusun ti kajauhan




















Jalan kampung




















Pengahasilan ijuk

























Tahun : sebelum 1922
Courtesy : Tropenmuseum - Amsterdam
























































Selasa, 01 Maret 2011

Kalipucang Tempo Dulu

English: A street in Kalipucang
Nederlands: Negatief. Straatgezicht in Kalipoetjang
Tahun : 28 May 1929
Dr. W.G.N. (Wicher Gosen Nicolaas) van der Sleen (Fotograaf/photographer).


English: A steamboat moored at Kalipucang
Nederlands: Negatief. Een aangemeerde stoomboot in Kalipoetjang
Date : 28 May 1929
Dr. W.G.N. (Wicher Gosen Nicolaas) van der Sleen (Fotograaf/photographer).
Courtesy : Tropenmuseum


English: Car with trailer at Kalipucang
Nederlands: Negatief. De aanhangwagen is een kampeerwagen met uitklapbare tent. Auto met aanhangwagen in Kalipoetjang
Date : 28 May 1929
Dr. W.G.N. (Wicher Gosen Nicolaas) van der Sleen (Fotograaf/photographer).
Courtesy : Tropenmuseum


Kalipoetjang


Ciamis Tempo Dulu


English: Oil painting depicting Raden Aria Kusuma di Ninggrat, regent of Galuh
Nederlands: Olieverfschilderij. Raden Adipati Aria Koesoema Adiningrat was van 1839 tot 1886 regent van Galuh, een gebied in het zuidoostelijk deel van de Preanger. Deze schatrijke Soendanese regent vertegenwoordigde het klassieke type van de 19de eeuwse bupati (regent), stammend uit een geslacht van hoge priyayi's (adel).

De status en het grote aanzien dat dergelijke hoogadellijke lieden genoten werd onder meer in stand gehouden door het uiterlijk vertoon en waardigheidstekens zoals ook op dit portret te zien zijn. Ze zijn deels inheems en deels Europees. Het portret verbeeldt in die zin de ambivalente positie van de Javaanse adel in het derde kwart van de 19de eeuw: enerzijds op basis van oude tradities heersend over de inheemse bevolking en anderzijds gericht op (en ondergeschikt aan) het Europese bestuur.

Inheemse elementen op het portret zijn: een staatsielans met de piek gehuld in een schede en een gele pajong, beide pusaka (erfstukken) van de regent. De kris die diagonaal op zijn rug wordt gedragen (deze wijze van dragen geldt als teken van vredelievende bedoelingen), de kain panjang (wikkelrok) met aan de voorzijde ene wriong (plooi) en de iket kepala (hoofddeksel).

Daarnaast zijn er ook Europese elementen te zien: de pet met goudgalon in zijn linkerhand, de donkerblauwe lakense jas met goudborduursel en de gouden keten om zijn hals met een penning waarop vermoedelijk het Nederlandse koninkrijkswapen is aangebracht. De medaille is eveneens een Nederlandse onderscheiding. Het boek op tafel etaleert zijn ambtelijke loyaliteit aan de Nederlands-Indische wetten.


Raden Adipati Aria Kusuma Adiningrat was bupati (regent) of Galuh from 1839 to 1886.

Included in the painting are insignias and status symbols, both European and indigenous, confirming the fact that the bupati is a man of distinction. The painting in that sense shows the ambivalent position of the Javanese noblesse during the third quarter of the nineteenth century: based on the ancient traditions of Javanese rule on the one hand, and that focused on (and submitted to) European rule on the other.. Portret van de Regent van Galoeh Raden Aria Koesoema di Ninggrat
Diambil gambar pada tahun : 1879
Raden Koesoema di Brata (Schilder).
Courtesy : Tropenmuseum


Nederlands: Foto. Offerplaats bij Kawali
Tahun : 1863-1864
I. (Isidore) van Kinsbergen (Fotograaf/photographer).
Courtesy : Tropenmuseum

English: Opening of a bridge across a river near Bodjong, district Tjiamis in the Preanger region, West-Java.
Nederlands: foto. Europeanen en een grote groep Javanen bij de opening van een brug over een rivier bij Bodjong in het district Tjiamis
Tahun : 26 November 1922
Courtesy : Topenmuseum

Nederlands: foto. Europeanen en een grote groep Javanen bij de opening van een brug over een rivier bij Pamalajan in het district Tjiamis
English: Opening of a bridge across a river near Pamalajan in the district Tjiamis in the Preanger region of West-Java.
Date : 05-03-1922

Nederlands: foto. Europeaan poseert met Javanen bij een sluisdeur en een aftappingspunt in de kali Tjipalih in het district Tjiamis
Tahun : 1922-1930
Courtesy Tropenmuseum

Nederlands: Negatief. Een controleursvrouw met haar schooltje te Tjiamis, Java
Tahun : ??


Nederlands: Foto. Machines in de "Olie-fabriek Gwan Hien", Tjiamis
Tahun : 1925-1933
G.F.J. (Georg Friedrich Johannes) Bley (Fotograaf/photographer).
Courtesy : Tropenmuseum


Nederlands: Foto. "Olie-fabriek Gwan Hien", kokosoliefabriek in Tjiamis
Tahun : 1925-1933
G.F.J. (Georg Friedrich Johannes) Bley (Fotograaf/photographer).
Courtesy : Tropenmuseum



Nederlands: Foto. Alun-alun in Tjiamis
Tahun : 1925-1933
G.F.J. (Georg Friedrich Johannes) Bley (Fotograaf/photographer).
Courtesy : Tropenmuseum




Post Road leading to Ciamis / 1920-1933
G.F.J. (Georg Friedrich Johannes) Bley (Fotograaf/photographer).
Courtesy : Tropenmuseum

Gambar dan Video Tjiamis Tempo Doeloe


 

My Blog List

Site Info

Abc
DESA KERTAHAYU Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template