Jumat, 21 September 2012

Visi dan Misi Desa Kertahayu



Sebagai salah satu desa yang ada di Kabupaten Ciamis, tentunya dalam melaksanakan pembangunan di Desa Kertahayu harus bertitik tolak pada Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Ciamis, yang mempunyai tujuan mewujudkan masyarakat Kabupaten Ciamis yang memiliki Iman dan taqwa serta terdepan dalam agrobisnis dan pariwisata di Priangan Timur Tahun 2008, maka sesuai dengan tugas pokok dan fungsi desa, maka akan menetapkan suatu Visi dan Misi sebagai tujuan yang akan dicapai dalam jangka panjang, yaitu :

“DENGAN SEMANGAT KEBERSAMAAN KITA TINGKATKAN PEMBANGUNAN SARANA PENDIDIKAN DAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENUJU MASYARAKAT DESA KERTAHAYU KECAMATAN PAMARICAN YANG BERWAWASAN DAN SEJAHTERA DI TAHUN 2015“

Dan untuk mewujudkan Visi tersebut perlu dilakukan suatu upaya dalam pelaksanaannya, yang tentunya sangat tergantung dari adanya respon ataupun dukungan dari masyarakat. Sehingga ditetapkan misi sebagai berikut :
a.       Menyelenggarakan pemerintahan yang baik, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia;
b.       Mengembangkan jaringan kemitraan agribisnis;
c.       Mengembangkan jiwa kewirausahaan aparatur pemerintahan desa dan masyarakat;

Visi dan Misi Pemerintah

Visi dan Misi
Pemerintah 2009-2014

VISI 
Terwujudnya Kertahayu yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik dengan Didasari Ridlo Allah SWT


MISI
  1. Membangun kualitas sumber daya manusia yang berlandaskan nilai agama, sosial dan budaya sesuai kearifan lokal;
  2. Mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis agrobisnis, agroindustri dan pariwisata disertai pengembangan budaya lokal;
  3. Meningkatkan tata kelola pemerintahan daerah yang baik dan bersih;
  4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur wilayah sesuai dengan daya dukung dan fungsi ruang;

PENJELASAN VISI
Terwujudnyasuatu kondisi akhir Kabupaten Garut yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik
Kertahayu 
satu kesatuan wilayah dan masyarakat dengan segala potensi dan sumber daya dalam sistem Pemerintahan Desa Kertahayu
Mandiri dalam Ekonomisikap dan kondisi  masyarakat  Desa Kertahayu  yang  mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan mengelola segala potensi sumber daya yang ada dalam pembangunan perekonomian
Adil dalam Budaya
sikap dan kondisi masyarakat Desa Kertahayu yang secara proporsional dan seimbang membangun kehidupan sosial dan budaya sesuai kearifan lokal menuju masyarakat madani
Demokratis dalam Politiksikap dan kondisi masyarakat Desa Kertahayu yang mampu membangun kepercayaan masyarakat (social capital) dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)
Didasari Ridlo Allah SWTsikap dan kondisi masyarakat Desa Kertahayu yang senantiasa meyandarkan segala tindakan dan perbuatan semata-mata atas dasar Ridlo Allah SWT


Tujuan Pembangunan :
  1. Meningkatka kualitas sumber daya manusia melalui pelayanan pendidikan, kesehatan dan mengembangkan kehidupan serta kerukunan umat beragama;
  2. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa;
  3. Meningkatkan pemerataan pembangunan;
  4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat yang berbasis pembangunan pedesaan;
  5. Mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja;
  6. Meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat;
  7. Mewujudkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem;

Wilayah Administratif


Wilayah Administratif



Desa Kertahayu merupakan wilayah yang dinamis, seiring dengan bertambahnya waktu, berbagai dinamika terus berlangsung, baik yang diharapkan maupun yang tidak sehingga perubahan terjadi pada semua sektor.

Dalam perkembangannya, Desa Kertahayu tumbuh dan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Untuk menanggulangi perubahan dan pertumbuhan tersebut pada awal tahun ……. dilaksanakan pemekaran wilayah Desa sebanyak.

Sebagai Kabupaten yang areal wilayahnya yang cukup luas tentu mempunyai banyak permasalahan intern dan ekstern dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Dengan segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada, Pemerintah Kabupaten Garut dengan penerapan arah kebijakan pembangunan dan strategi yang tepat, bertekad untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.


Daftar Dusun, Luas dan Jumlah  RW di Desa Kertahayu

HIDROLOGI


Hidrologi

Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Desa Kertahayu dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS Citalahab Bagian Barat, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS Ciseel  Wilayah Kertahayu terdapat 15 anak sungai buah sungai .

GEOMORFOLOGI



Bentuk alam Desa Kertahayu terdiri dari atas dua aransemen bentang alam, yaitu :

Dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka ke arah barat,
 
Evolusi bentang alam di daerah sekitar kertahayu dapat dijelaskan melalui 2 (dua) pendekatan hipotesis, yaitu:

(1) Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam, khususnya di sekitar Kertahayu, dikontrol oleh aktifitas volkanik yang berlangsung pada periode Kuarter (sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekarang). Setelah terjadi pergerakan tektonik yang memicu pembentukan pegunungan di akhir Pleistosen, terjadilah deformasi regional yang digerakan oleh beberapa patahan.

(2) Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses pembentukan gunung api di Zona Bandung tidak terlepas dari proses pembentukan busur magmatis Sunda yang dikontrol oleh aktifitas penunjaman (subduksi) Lempeng Samudera Hindia yang menyusup sekitar 6-10 cm/tahun di bawah Lempeng Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng samudera setebal lebih dari 12 km tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang bersuhu lebih dari 3000°, sehingga mengalami pencairan kembali. Akibat komposisi lempeng kerak samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar bersifat asam, maka pada saat pencairan akan terjadi asimilasi magma yang memicu bergeraknya magma ke permukaan membentuk busur magmatis berkomposisi andesitis-basaltis. Setelah terbentuk busur magmatis, pergerakan tektonik internal (intra-arctectonics) selanjutnya bertindak sebagai penyebab utama terjadinya proses perlipatan, patahan, dan pembentukan cekungan antar gunung.

Bentang alam daerah Kertahayu dapat dibagi 4(empat) satuan morfologi yaitu : satuan morfologi kerucut gunung api, satuan morfologi perbukitan berelief kasar, satuan morfologi perbukitan berelief halus dan satuan morfologi pedataran .

A. Satuan Morfologi Kerucut Gunung api
Satuan ini menempati bagian puncak dari Gunung api Kracak, Gunung Cikuray dan Gunung Papandayan. Daerah ini mempunyai ketinggian diatas 2.000 meter dari > 40 %, berlembah sempit. Pola aliran sungai memancar (radier) bersumber dari puncak gunung, dengan ordo sungai 1, kerapatan sungai tinggi hingga sangat tinggi. Batuan penyusun satuan ini adalah lahar, lava andesit dan breksi vulkanik.

B. Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Kasar
Daerah ini mempunyai ketinggian antara 500 hingga 1.865. Karakteristik yang umum dijumpai pada satuan ini relief sangat kasar, berlembah sempit dan lereng terjal hingga curam. Kemiringan lereng berkisar antara 15 % hingga > 40 %. Pola aliran sungai berbentuk sub-dendritik dan sebagian sub-paralel. Batuan penyusun satuan ini adalah endapan vulkanik tua yang terdiri dari breksi vulkanik, lava andesit, tufa gelas, bongkah bongkah andesit - basal.

C. Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Halus
Sebagian satuan ini menempati bagian utara, tengah dan selatan daerah pemetaan. Dicirikan dengan kemiringan lereng berkisar antara 2 hingga 15 %, lembah - lembah agak landai dan sungai-sungai mempunyai gradien rendah hingga sedang. Pola aliran sungai mempunyai bentuk dendritik hingga sub-paralel. Batuan penyusun satuan ini berupa endapan volkanik muda dan endapan Tersier.

D. Satuan Morfologi Pedataran
Satuan ini menempati dataran Bentangalamnya menunjukkan relief datar dan setempat landai dengan kemiringan lereng < 2 %, setempat lebih dari 15 %. Aliran sungai umumnya dendritik dan sebagian anastomatik. Batuan penyusun satuan ini berasal dari hasil rombakan batuan yang lebih tua dan diendapkan sebagai endapan alluvial dan kipas alluvia

KLIMATOLOGI


Secara umum iklim di wilayah Desa Kertahayu dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen.

Berdasarkan studi data sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kertahayu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian Selatan Jawa Barat  dan Elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Desa Kertahayu berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24ºC - 27ºC. Besaran angka penguap keringatan (evapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco (1991) adalah 1572 mm/tahun.

Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di tenggara.

LETAK GEOGRAFIS

LETAK GEOGRAFIS

Sebuah kawasan pedesaan yang tepatnya oordinates: 7°27'31"S 108°33'32"E di suku gunung Gegerbentang dan agian dari kecamatan Pamarican, Ciamis, Jawa Barat, Indonesia.



Desa Kertahayu secara administrasi termasuk wilayah Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat dan  terdiri dari  3 pe-Dusunan  yaitu :

1. Dusun Cisaar
2. Dusun Tamansari
3. Dusun Kertaharja
Mempunyai 9 RW dan 39 RT. Jarak dari Desa Kertahayu ke Ibu Kota Kecamatan 6 Km, ke Ibu Kota Kabupaten Ciamis 40 Km, dan ke Ibu Kota Provinsi Jawa Barat 162 Km.



BATAS WILAYAH

Sebelah Utara 
Berbatasan dengan Desa Kutawaringin KecamatanPurwadadi.

Sebelah Timur                     
Berbatasan dengan Desa Sidaharja dan Desa Sukajadi Kecamatan.PamaricanKab. Ciamis

Sebelah Selatan                    
Berbatasan dengan Desa Cigayam Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis

Sebelah Barat                     
Berbatasan dengan Desa Sukahurip Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.



LUAS WILAYAH

Desa Kertahayu mempunyai luas wilayah ± 1.242,43 Ha, dengan rincian sebagaimana table berikut :
                   
No
JenisPenggunaanLahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.

Sawah/Ladang
Kehutanan
Pemukiman dan Pekarangan
Kolam/Empang
Lain-lain
286,058
120,062
810,297
19,315
6,311
28,05
12,06
81,29
1,93
0,63

Jumlah
1.242,43
100,00
Sumber Data : Profil Desa Kertahayu

KONDISI TANAH

- Ketinggian tanah di permukaan air laut          : ± 37 m.
- Ketinggian Permukaan Air Tanah        :
- Pada musim kemarau      : 5 – 12 m.
- Pada musim penghujan   : 2 m.


Kamis, 13 September 2012

Kadaharan Leuweung Nu Geus Langka

Duwet / Jamblang / Juwet



Buah jamblang / duwet / juwet ini, cukup terkenal dengan pohonnya, yang katanya, menjadi sarang kuntilanak . Dibalik semua itu, ternyata buah jamblang rasanya sepet-sepet dan manis. Beberapa bagian tanaman ini juga dipergunakan sebagai bahan obat, tradisional maupun modern. Kulit batang, daun, buah dan bijinya sering kali digunakan sebagai obat kencing manis, diare, dan beberapa penyakit lain.

Lobi Lobi


4756face1fe9a4f53e6f314d8c24d781_lobi-lobi
Buah lobi, biasanya kita sebut lobi-lobi, kalo di Sukabumi lolobi . Biasanya lobi-lobi di jadikan rujak dengan bumbu standar, garam, gula merah, cabe rawit, tambah terasi, dan rasanya bener bener asam manis, seger banget. Biasanya di tukang rujak bebek masih di jual. 

Kelendang / Cempedak

 

Sekilas buah ini mirip nangka, bentuknya yang unik dan rasanya yang manis, rasanya seperti campuran nangka dan manggis. Tertarik untuk mencoba ? Jika tertarik. Silahkan ke Kota Samarinda di bulan Desember.


Kupa / Gohok / Kaliasem / Gowok 


Sesuai dengan namanya buah ini rasanya asem alias kecut tapi seger. Buah ini ga bisa di makan sama kulit-kulitnya ini, tapi jika sudah pernah memakan buah ini hanya bisa “Nyengir”. Keberadaannya sudah lumayan langka ditemui saat ini, tapi buat Anda yang belum pernah mencoba buah ini. Anda bisa datang ke Jl. Yusuf Adiwinata, Menteng. Hati-hati dengan rasa asamnya!
  
Ceplukan/ Cecenet

Buah yang mirip cherry hutan ini. Memiliki nama sunda Cecendet. Biasanya tumbuh liar di kebon-kebon, tepi hutan dan daerah yang terkena cahaya matahari. Tapi seumur-umur saya belum pernah nemuin tanaman ini yang buahnya udah masak (warnanya kuning). Katanya rasanya manis dan di sukai anak-anak. Yang mau coba ? Biasanya udah di bentuk dalam kemasan tablet, soalnya buah ini khasiatnya sangat banyak.

Rukem

Buah Rukem, hidup didataran daerah Sumatra, Pulau Bangka, Pulau Belitung, Jawa barat dengan pohon yang berduri, dan dengan rasa yang manis. Namun apabila masih mentah dan berwarna hijau maka rasanya sepet sekali. Buah ini biasanya di asin atau pun dimakan mentah.

Huni / Buni






Buah ini berbentuk bulat kecil-kecil, rasanya sesuai dengan warnanya, warna hijau kecut, warna merah agak manis dan warna hitam sangat manis. Buah ini biasa dipakai untuk rujak (rujak boni). Manfaat mengonsumsi buah ini, karena dapat menjaga kesehatan mata karena memang kandungan vitamin A nya yang tinggi, melancarkan saluran pencernaan, dan sebagai antioksidan dan menjaga kekebalan tubuh.


Matoa


Buah matoa di Indonesia dikenal berasal dari Papua. Sebenarnya, pohon matoa bisa tumbuh di dataran rendah tropis di mana saja. Anehnya, buah matoa hanya dikenal di Papua, Sulawesi, dan Maluku. Rupanya, buah matoa di Indonesia bagian barat mungkin disebabkan daun-daun matoa muda banyak dimakan hewan herbivora seperti monyet dan makaka yang banyak terdapat di sana. Daun-daun muda yang habis, menyebabkan pohon matoa tidak bisa berbuah. 


  • Kecapi / Sentul / Ketuat:


    • Kecapi merupakan buah yang agak rumit memakannya, karena kulitnya begitu liat dan kuat, kadang perlu dijepit pake pinngiran pintu untuk membukanya. Malah kalau belum bisa juga, biasa dilempar ketanah sampai kulitnya terbuka (jadi inget masa kecil).
      Lemudian menjadi populer, ditanam secara luas dan mengalami naturalisasi.
      Pohon ini ditanam terutama karena diharapkan buahnya, yang berasa manis atau agak masam. Kulit buahnya yang berdaging tebal kerap dimakan dalam keadaan segar atau dimasak lebih dulu, dijadikan manisan atau marmalade.
      Kayu kecapi bermutu baik sebagai bahan konstruksi rumah, bahan perkakas atau kerajinan, mudah dikerjakan dan mudah dipoles.
      Berbagai bagian pohon kecapi memiliki khasiat obat. Rebusan daunnya digunakan sebagai penurun demam. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan cacing gelang. Akarnya untuk obat kembung, sakit perut dan diare; serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan.

    Harendong



    Nangka Walanda


    • :


      Kersen
      Kersen / Buah Singapur / Baleci / Cery jawa / 

    • Orang Bali menyebutnya buah singapur, entah karena asal buah ini dari singapur atau hanya suatu kebetulan saja. Kalau di Jakarta suka disebut dengan buah ceri. Buahnya kecil dan rasanya manis. Di Lumajang, anak-anak menyebutnya baleci.
      Buah ini juga dapat dijadikan selai, selain dimakan secara langsung. Di Meksiko, buah kersen dijual di pasar. Komposisi dari kayu kersen lunak dan mudah kering, sangat berguna sebagai kayu bakar. Kulit kayunya yang mudah dikupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut. Daunnya dapat dijadikan semacam teh.


      Sawo Hejo


      image

    • :Arben / Murbei

      Kitau / Kerto / Babasaran / Bebesaran / Murbei / Lampaung / Mempaung by GembongOfJunker
      Buah dengan nama latin yaitu Morus australis Poir, merupakan tumbuhan perdu atau pohon yang tingginya 6-9 m. Daunnya berbentuk segitiga atau jantung, mudah luruh dari rantingnya. Buahnya bergugus, warnanya coklat tua kalau sudah masak. Daunnya digunakan untuk makanan ulat sutera.
      Biasanya buah ini tumbuh liar di hutan dan ditanam di halaman atau di kebun. Kandungan kimia: Karoten; Adenin; Kolin; Amilase; Minyak lemak; Vitamin C; Vitamin A; Vitamin B1; Kalsium; Fosfor; Maklurin; Rutin; Morin; Ergosterol. Khasiat pada buah ini antara lain: antipiretik; antitusif; diuretik; anti flogestik; analgesik.
      Kegunaan buah ini untuk kesehatan, yaitu:
    • Hepatitis; kurang darah dan tekanan darah tinggi: Buah besaran 7-10 g; Air matang secukupnya, Dibuat jus, Diminum sehari 1 kali; diulang selama 14 hari
    • Radang persendiaan dan nyeri pinggang:
      Ranting dan daun besaran 10 g; Air 110 ml, Diseduh, Diminum sehari 1 kali pada pagi hari, 100 ml[/font]

  • Rabu, 25 Juli 2012

    Buku Paket Pelajaran Jaman Dahulu

    >>>Diambil dari berbagai sumber<<<









    1. Kelas 1 SD sy masih belajar mengeja “i-ni Bu-di, i-ni i-bu Bu-di, i-ni ba-pak Bu-di.. dst” pake buku warna merah terbitan Balai Pustaka (atau P&K yaaaa.. lupa!). Bukunya masih baru, soalnya tahun 1984 itu ada kurikulum baru untuk pendidikan. Kalo ga percaya coba aja liat buku-buku terbitan selanjutnya (yang terbit 80-an juga), pasti di sampulnya ada tulisan “Kurikulum Diperbaharui 1984”. Buku ini dipinjemin dari sekolah, ngga ada jualannya. Padahal waktu SD gue sekolahnya luar negeri alias swasta. Hal yang paling saya inget dari buku-buku pelajaran SD saya dulu adalah buku-buku itu masih bisa dipake sama adek saya, yang jaraknya 3 tahun di bawah saya! Jadi nyokap bokap ngga mahal-mahal ngeluarin duit buat beli buku baru lagi. Ngga kayak sekarang yang tiap tahun bukunya ganti. Menakjubkan, anak-anak SD sekarang belajar baca nya pake metode apa ya? Masih i-ni Bu-di kah? Atau udah ganti jadi  Michael / Fitbull?? :P
    2. Buku-buku tulis waktu SD dibedain jadi buku latihan dan buku ulangan. Sama satu buku tulis wajib yaitu buku untuk menulis halus (bukan menulis indah looh ya..). Tau kaaan menulis halus kayak apa.. itu loh menulis sambung yang harus dibedain mana bagian yang garisnya ditarik tebel, mana yang harus dibikin halus, mana yang harus ditulis sampe batas garis, mana yang cuma setengah… ga ngerti juga nih makna nya disuruh belajar nulis ginian. Orang ngga guna juga buktinya sekarang.. hihihi Dulu semua buku harus disampul coklat sama dikasih plastik diluarnya. Trus ditempelin label nama yang mesti ditulis nama , kelas dan buku untuk pelajaran apa, termasuk juga buku cetaknya. Eh iya, masih ada yang inget buku tipis dengan sampul warna ungu merek AAA? Saya dulu sempet pake tuuuh.. hihihihihi
    3. Karena sekolah di swasta, saya boleh pake sepatu warna-warni kalo ke sekolah. Jaman kelas satu sampe kelas dua, saya suka banget pake sepatu model Vans sekarang tuh yang pake tali, ada gambar-gambar bonekanya. Trus jaman kelas 3 sampe kelas 6, karena sudah mulai tomboy pake sepatu model converse sekarang, tapi tetep warna-warni. Dulu merek yang ada cuma Bata.. hihihi.. Abis itu masuk sepatu mereknya Eagle… Saya juga sempet pake. Abis itu akhir tahun 80-an baru masuk deh yang namanya Nike n Puma…
    4. Waktu SD juga suka pake jam kotak yang model kalkulator. Banyak pencetannya. Ntah kenapa saya kok punya juga.. duuuuh..
    5. Wajib senam SKJ. Beeeeuuuuh.. tiap hari tuh, kecuali senin buat upacara bendera… Pagi-pagi, dua jam pertama khusus buat senam SJK. Dulu syairnya suka kita ganti-ganti… :lol:gerakannya juga suka asal. Hayooooo sapa yang masih inget sama gerakan-gerakan senam SKJ???
    6. Antara kelas dua sampe kelas 3 and pertengahan kelas 4, hobi banget ngumpulin kertas surat (yang warna warni., lucu-lucu n wangi…), beli orang-orangan yang dari kertas yang bajunya bisa diganti-ganti, tergila-gila koleksi Sanrio (Hello Kitty, Little Twin Stars, My Melody, Kerokeropi…).
    7. Tahun 85, sempet ngerasain gerhana Matahari. Saya nungguin dari pagi, udah siap-siap pengen ngeliat pake negatif film photo… hihihihi.. Mana lama banget lagi. Untung sekolah diliburin.
    8. Jaman kelas 5 sampe kelas 6, guru olahraga saya hobi banget nyuruh bikin kliping kalo pas ada event-event olahraga kayak PON, Sea Games, Asean Games, Olympiade.. Ntah kenapa kok ya banyak aja dulu gituh yang namanya event olahraga. Dan ntah kenapa saya selalu bersemangat nonton. Apalagi kalo siaran langsung bulutangkis masih jaman Susi Susanti, Ardi BW de el ele ituh…
    9. Yang paling disebelin dari anak-anak cowok baru gede waktu SD, suka narok rautan bulet warna warni yang dibaliknya ada kacanya – di ujung sepatu mereka, buat ngintip warna underwear anak-anak cewek, abis keliatan mereka teriak deh sekenceng-kencengnya. Gokil!!!
    10. Masih maen tali kalo pas jam istirahat sekolah. Kalo dirumah ma anak-anak tetangga maennya bentengan, trus main loncat-loncat di kotak yang digambar di tanah itu namanya apa ya?. Masih maen congklak sama bola bekel. Anak-anak SD sekarang maennya apa ya? 

    Kamis, 28 Juni 2012

    Sajarah Sabudeureunana


    Sajarah...

    Di candak ti Blogna : Tatang M. Amirin 
    Tanpa sengaja ada foto-foto “antik” jaman baheula mengenai berbagai hal tertemukan ketika sedang memirsa internet. Ada yang saya simpan, ada yang saya lewatkan begitu saja. Eh, “pikir punya pikir” (setelah dipikir ditimbang), kok rasanya ada pentingnya juga untuk dimunculkan. Siapa tahu memang ada yang sama sekali tidak tahu bahwa “jaman baheula” (yang mungkin juga sampai sekarang sebenarnya masih) ada yang seperti itu. Nah, ini dia berbagai foto-foto  “jaman baheula.” Agak “chauvinistic” tapi, yang utama di Sunda, tapi yang lain yang antik tetap dimuat.
    PEKERJAAN DAN PERALATAN
    1. Menggergaji kayu
    Nah ini kita mulai dengan orang menggergaji kayu gelondongan. Saya ingat, dulu sekali, ada tukang menggergaji itu tradisional seperti itu. Kerap pula dijadikan “tatarucingan” tebak-tebakan agak “saru” (kata wong Jogja) atau rada “jorang” (kata urang Sunda):  “Yang di atas naik turun, yang di bawah berkedip-kedip (“melek-merem/peureum-beunta”). Hehehe… Iya, kan yang di atas menarik dan mengulur gergaji, sementara yang di bawah kan harus agak sering menutup dan membuka mata, karena tahi gergajian yang berjatuhan bisa masuk ke matanya.
    Menggergaji kayu gelondongan tradisional
    Biasanya tukang gergaji punya “penggaris” dari benang. Benang tersebut tergulung dalam gulungan yang bisa diputar dalam suatu kotak. Dalam kotak ada jelaga hitam kental, sehingga benang pun berlumuran jelaga tersebut. Benang keluar dari lubang kecil yang dibuat di depan kotak, ujungnya diberi pegangan kecil. Pegangan kecil itu ditarik untuk mengulur benag. Benang basah hitam diulur searah batang kayu yang sudah dikikis tepian bulatannya sehingga menjadi agak berbentuk balok, dipaskan tanda sentian yang sudah dibuat, lalu  dijepretkan ke kayu. Terbentuklah garis hitam. Dibuatlah banyak garis di bagian atas dan di bagian bawah sesuai dengan lebar kayu. Benang pun ditarik kembali menggunakan alat pemutar, masuk dan terendam jelaga hitam lagi. Jelaganya, kalau tidak salah, dibuat dari silinder isi batu baterai.
    Penggergaji di atas bertugas menggergaji  sesuai garis, yang di bawah mengendalikan arah gigi gergaji di bagian bawah kayu agar pas dengan garis. Maka kayu pun terbelah rapih, rata, tepat.
    Gergaji panjang luar negeri, gigi-giginya agak aneh
    2. Membajak Sawah
    Besok lusa, entah tahun kapan, membajak sawah sudah akan banyak menggunakan traktor. Baheula mah membajak sawah di tatar Sunda pakai “wuluku” (wong Jogja menyebutnya “luku”). Hanya, bedanya, jika di Sunda yang dipakai penarik bajak itu umumnya kerbau, di Jogja sapi alias lembu. Urang Majalengka mah menyebut membajak sawah teh “nyambut.”
    Etah ingat waktu kecil, tukang nyambut teh, kipembajak,  suka mengomando sikebo sambil berlagu khas, “His … kia, kia …. mideur….!” menyuruh sikebo bergerak menarik bajak.
    “Kia” itu, katanya, artinya jalan. “Kiyahi” itu artinya orang yang selalu berjalan di jalan yang lempang. Nah, mungkin juga “bakia(k)” itu artinya kayu yang berjalan. Hehehe….
    Ini foto tukang nyambut, pembajak,  setelah wanci pecat sawed (saat bajak dilepas dari sikebo). Tukang nyambut pulang ke rumah, setelah selesai memandikan (“ngaguyang”) kerbaunya di sungai.
    “Pulang” selesai membajak sawah pakai bajak ditarik kerbau
    Membajak sawah dengan kerbau itu ternyata bukan hanya tradisi buhun di Jawa Barat, di Jawa Timur juga ada, misalnya di Malang.
    Membajak Sawah, Malang, 1935
    Di Gayo, ceriteranya lain lagi. Membajak sawah bukan pakai kerbau atau sapi, tapi pakai kuda.
    Membajak Sawah dengan Kuda, Gayo, 1948
    PERDAGANGAN
    Sampai saat ini masih ada, tapi sangat amat jarang sekali, di desa-desa pun, orang berjualan air nira kelapa (lahang, cikalahang). Ini sih penjualnya rada “gaya.” Pembelinya, anak-anak, “lucu” ya dalam pakaian “kuno” tahun 1922-1923-an. Diambil dari Come to Java 1922-1923.
    Penjaja air nira kelapa (lahang)
    Sore-sore, bunga kelapa (malai) dipotong tangkainya, lalu dimasukkan ke dalam bumbung bambu panjang yang sudah “dilubangi” tinggal “buku” bagian bawah sebagai penutup nbumbung. Esok paginya bumbung diambil, lalu disumbat pakai sumbatan dari daun pepaya kering (kararas, klaras). Dicangkleng dibawa turun. Air nira itu dijerang dijadikan gula jawa. Ada juga yang menjaulnya “mentah”  sebagai minuman segar. Wah, siang-siang lagi puasa, minum “lahang” pasti nikmat. Batal puasanya, atuh! Hehehe. Kan, lagi enggak puasa. Hehehe.
    Juga penjual air nira (“lahang”). Enggak tahu orang mana.
    Lukisan penjaja air nira dan serdadu Belanda, 1854
    Deretan pedagang “angkringan” jaman Belanda
    Penjaja barang anyaman 1880-1920
    Penjaja sarung 1860-1880
    Penjaja makanan dan minuman 1890-1900
    Penjual ayam 1860-1880. Foto di studio.
    Pasar makanan dan minuman di kerindangan pohon, 1910-1940 (Hehehe, jangan terlampau lama perhatikan sikecil, lho!)
    Sayur…., sayur……… 1890
    Penjual es puter, jaman Belanda
    Penjual gula aren, 1900-an
    Penjual buah, 1860-1880
    Penjual buah di depan toko batik, 1880-1900
    Te…. satte….. 1870-1920
    Penjual limun (limonade;  sekarang sirup dan softdrink)
    Simbah tukang patri “in action”
    Peralatan tukang patri
    Matri
    SAWAH DAN PANEN
    Padi sekarang batangnya pendek-pendek. Begitu selesai dipanen lalu dirontokkan, dengan digilas-gilas kaki atau pakai mesin perontok padi. Dulu, tanaman padi tinggi-tinggi. Orang menuainya dengan ani-ani. Bulir-bulir padi itu lalu diikat kecil-kecil (di-”pocong”). “Pocongan” padi ini lalu diikat lagi, pakai tali dari bambu, menjadi ikatan besar yang disebut “geugeusan.” “Geugeusan” padi ini yang dijemur, lalu disimpan di “leuit” lumbung padi (bagi yang punya). Nah, lihat tumpukan “geugeusan” padi dalam foto di bawah ini.
    Panen padi: Padi diikat dalam “pocongan” (ikatan kecil)
    Panen padi “gegeusan”
    Menumbuk padi pakai lesung batu, 1890-1920
    Padi: Ada yang ditumbuk, ada yang digiling. Buahbatu, Bandung, 1955
    Tradisi kepercayaan Sunda (Jawa) berkaitan dengan padi itu adalah sedekahan kepada Dewi Sri, Dewi Padi.
    Upacara sedekahan kepada Dewi Sri, 1947
    Upacara sedekahan kepada Dewi Sri di dusun Karangtengah dipimpin seorang dukun wanita
    Juga upacara untuk Dewi Sri
    Upacara Dewi Sri lagi, di Karangtengah
    5. Mengambil Air
    Dulu, orang umumnya tidak punya sumur. Untuk air minum mengambilnya di sungai, yang airnya jernih, tentu. Mandi, mencuci juga di sungai. Jika pulang membawa air pakai “buyung” tempayan terbuat dari tembaga.
    Seorang ibu membawa buyung untuk mengambil air
    Mengambil air pakai tempayan “buyung” tembaga, 1951. Seledang kecil dipakai untuk mengikat buyung, lalu diikatkan ke pundak.
    Jadi ingat waktu kecil. Mengisi gentong di rumah dengan mengambil air di sungai. Berangkat pulagn bersama-sama anak-anak lain. Ketika akan ambil air, tempayan “buyung” dibalik, dipukul-pukul berirama. Jadilah main musik buyung. Dung, dung, deng . . . dung, dung, dung … dung, dung, deng.  Deng, dung, deng, dung . . .  dung, dung, deng  . . .
    Sebelum banyak kuningan (perunggu), orang mengambil air menggunakan tempurung (batok) buah berenuk (buah majaphit).
    Batok berenuk (tempurung buah majapahit/majalengka)
    Buyung dan seeng (dandang)
    6. “Ngabuwu” Ikan
    Menangkap ikan, sampai sekarang, tidak selalu pakai jaring (“kecrik”), tapi sering juga hanya pakai bubu (buwu) saja, seperti keluarga penangkap ikan ini. Ada beberapa buah bubu tergeletak di depan mereka.
    Jadi ingat waktu kecil. Disuruh masang “buwu” di sungai teh, salah masang. Bagian yang lebar berlubang diarahkan ke hulu, yang kecil ke hilir. Atuh, tak ada ikan yang masuk. Ikan itu suka menghulu, “kagirangkeun.” Jadi, dipasangi bubu sambil kiri-kananya dibumpeti. Pasti akan harus lewat masuk bubu, lalu tak bisa keluar lagi. Sebelah atas bubu ditutupi, disumbat. Kembali ke “bawah” tidak bisa, sebab ada “katup” penghalang. Bisa dimasuki, melentur, tapi tak bisa diterobos balik. Itu namanya teknologi sederhana jebakan alias perangkap. Pintar juga ya orang tua kita dahulu.
    Keluarga penangkap ikan pakai bubu, 1930-1940Keluarga penangkap ikan, 1930-1940
    Bubu (buwu) penangkap ikan
    7. Mencangkul
    Mencangkul itu umumnya pakai cangkul bergagang pendek. Yang suka bergagang panjang itu, yang pernah saya lihat gambarnya, di Cina atau Vietnam. Eh, ternyata di Indonesia juga digunakan cangkul tangkai panjang itu. Jadi, jika pakai cangkul pendek harus sambil membungku, pakai cangkul panjang dengan berdiri tegak. Lebih enak, kayanya, tak mudah sakit pinggang.
    Mencangkul dengan cangkul panjang di Bah Birung Ulu
    Rame-rame mencangkul pakai cangkul panjang di Bangka
    8. Membuat Jalan
    Baheula, membuat jalan itu dengan cara dan alat sederhana. Belum ada model mengaspal dengan “hotmix.” Mengeraskan jalan (meratakan pecahan bebatuan) menggunakan mesin gilas atau “setum” (dari bahasa Belanda stoomploeg).
    Mesin gilas stoomploeg di Deli, 1935
    Mengaspal Jalan Batavia-Bandoeng, 1947
    Mengaspal jalan Batavia-Bandoeng, 1947, dalam pengawasan mandor dan tentara Belanda. Aspal diciduk dan diguyurkan pakai kaleng bertangkai panjang.
    RUMAH
    1. Leuit lumbung padi
    Ini contoh rumah kampung atau perkampungan jaman baheula (1870-1900) di Indihiang. Ada rumah, dan, tampaknya, ada “leuit” (lumbung padi?) yang bentuknya beda dari rumah. Diambil dari Come to Java 1922-1923.
    Situasi kampung Indihiang 1870-1900
    2. Rumah Sunda pakampungan
    Rumah Sunda baheula, di kapung, macam-macam bentuknya. Salahs atunya seperti di bawah ini. Ini bentuk rumah kuno berteras di Priangan (1890-1900). Diambil dari Come to Java 1922-1923.
    Rumah kampung kuno (“een woning”), 1890-1900, di Priangan
    3. “Saung ranggon” (gubuk panggung) di kebun
    Para petani di sawah, sampai sekarang, suka membuat gubu-gubukan untuk tempat istiratahat dan menjaga sawah atau kebun. Jika sekarang umumnya tidak pakai pilar-pilar bambu atau kayu (bentuk panggung), dahulu orang suka membuatnya pakai pilar, jadi gubuk panggung. Urang Sunda menyebutnya saung ranggon. Ini salah satu gambarnya. Diambil dari Come to Java 1922-1923.
    Saung ranggon di kebon
    4. Mesjid dan “tajug” (surau)
    Urang Sunda umumhya beragama Islam, samapi ke pelosok-pelosok. Di mana-mana akan dijumpai banyak tajug (langgar, musola), dan mesjid. Ini salah satu bentuk mesjid lama (1922-1923) yang sudah  modern. Modern untuk ukuran 1922-1923. Tidak jelas sebenarnya di mana, yang memotret “oerang Garoet.” Diambil dari Come to Java 1922-1923.
    Mesjid lawas (1922-1923)
    5. Rumah Amtenar
    Rumah yang satu ini kantor gubernuran (Gubernur Jenderal). Letaknya di Sindanglaya, Cianjur. Mewah sekali.
    Kantor Dinas Gubernur Jenderal Belanda di Sindanglaya (1921-1922-an)
    Rumah Menak, 1907-1930
    Rumah Bupati Sumedang Raden Aria Suriaatmaja, 1915-1922
    6. Rumah “Kasundaan”?
    Bentuk rumah Sunda ini agak aneh. Di TMII ada profil rumah Sunda yang mirip dengan rumah Jawa. Ini rumahdi tatar Sunda, sangat beda. Coba perhatikan ujung atapnya: tangan menyilang atau tanduk kerbau. Nah bentuk ini apa namanya? Tanduk bekicot. Hehehe.
    Rumah di Garut, 1925. Atap Tangan Menyilang. Kampung berpagar bambu.
    Foto di atas aslinya menunjukkan pagar perkampungan terbuat dari bambu. Saya ingat jaman baheula ketika kecil masuk ke kampung Gunung Wangi akan naik ke Gunung Bongkok, di Maja, Majalengka. Tepi kampung ada pagar tinggi model foto di atas. Kalau malam pagar ditutup, dan dijaga di pos ronda di dekatnya. Sekeliling kampung juga dipagar bambu.
    Ini juga rumah model demikian. Berada di jalan menuju Talaga Bodas.
    Jalan ke Talaga Bodas. Ada rumah Sunda di tepinya.
    Berikut juga model rumah yang sama. Ujung atap berupa tangan menyilang.
    Kampung Wiranjana, 1920-1922. Rumah beratap tangan menyilang
    Yang berikut model “rumah Jawa.” Model rumah umum, bukan tradisional.
    Rumah Jawa Umum, Bukan Tradisional
    7. Dapur dan alat dapur
    Rumah baheula tungku masak (“hawu”–Sunda) biasa dibuat dari tumpukan batu, atau tatanan bata merah yang dilapisi adonan tanah campur dedak.
    “Hawu” tungku dapur
    Hawu di atas berlubang tiga, masing-masing mempunyai lubang untuk memasukkan kayu bakar. Ada yang berlubang tiga tetapi dengan satu lubang untuk memasukkan kayu di bagian tengah saja. Ada juga yang hanya berlubang dua, lubang kayu bakarnya satu saja.
    Untuk menghidupkan kembali api kayu bakar yang mati, hawu biasa ditiup pakai “songsong” terbuat dari buluh bambu berlubang ujung dan pangkal. Puuuhhh…puuuhhhhh….. dan abu beterbangan ke mana-mana.
    Menghidupkan api yang mati pakai songsong
    Dengan perkembangan elektronika, alat-alat masak (memanak nasi, membuat sayur, dsb) sekarang banyak menggunakan peralatan listrik. Dulu orang banyak menggunakan peralatan dari kuningan.
    Dapur dan peralatannya. “Acting” di studio foto, 1880.
    Seeng alias dandang untuk mengukus nasi
    Seeng (dandang) dan aseupan (kukusan). Dandang pendek ini umum digunakan di mana, ya?
    Seeng (dandang) dan ketel (ceret, cerek)
    TRANSPORTASI
    Orang-orang dulu umumnya bepergian jalan kaki. Paling -paling, yang kaya, pakai kuda. Tapi, banyak alat transportasi lain. Para putri raja biasanya ditandu.
    1. Tandu
    Nah, ini contoh “putri Walanda” ditandu. Tandunya dari bambu juga, ya. Lainnya naik kuda.
    Gadis Belanda naik tanduNaik kuda atau tandu, 1890-an
    Tandu terbuat dari bambu, 1890-an
    2. Kereta Api
    Kereta api dulu lokomotifnya masih berbentuk silinder, hitam legam. Sekarang (2010-an) sudah berbentuk “kotak”. Lokomotif hitam ini masih ada dan dipakai juga, tapi terbatas. Kereta penumpang umumnya sudah tidak lagi.
    Lokomotif Silinder Hitam
    Lokomotif KA 1936Lokomotif, 1936
    Jika ada sepeda gunung, ada pula kereta api gunung. Kereta api gunung itu kereta api yang naik turun gunung tanpa harus takut melorot lagi ke bawah. Ini dimungkinkan karena di bagian tengahnya ada rel dan gigi khusus. Kereta ini adanya di Ambarawa, Jawa Tengah. Nah seperti ini wujudnya.
    Lokomotif kereta api gunung di Ambarawa
    Nah di tengah rel ada rel ketiga bergerigi, seperti gambar di bawah ini.
    Rel bergigi dan roda bergigi kereta api gunung, Ambarawa
    Gigi-gigi yang ada pada rel berfungsi menahan gigi roda agar kereta tidak melorot ke bawah dia tanjakan pegunungan. Oleh karena itulah maka gigi rel miring ke arah belakang. Jika kereta akan mundur (melorot), maka gigi rodanya tertahan gigi rel. Tetapi ektika maju, gigi roda itu tidak tertahan gigi rel.
    Rel kereta api gunung, Ambarawa. Rel bergigi df bagian tengah. Jaman Belanda
    Stasiun Willem I, stasiun kereta api gunung Ambarawa, masa Belanda. Lebih bagus dari stasiun kereta api Indonesiadesa-desa lainnya.
    2. Dokar, Kahar, Andong, Sado, Delman, Kereta Kuda
    Alat transportasi lainnya kereta ditarik kuda. Ada beragam macam, dan sampai sekarang masih banyak digunakan. Yang tidak digunakan lagi “kereta pos Majalengka-Kadipaten” di bawah ini.
    Kereta Pos Majalengka-Kadipaten Jaman Belanda
    Nah, ini beragam kereta: kereta kuda, kereta sapi.Andong, 1890-1920
    Andong Belanda, 1800-1900
    Pedati tertutup, 1880-1910
    Delman, 1860-1880
    Kereta Kuda, 1900-1940
    Kereta Kuda, 1918
    Kereta Kuda Tertutup, 1920-an
    Pedati Kuda di Jalan Bandung-Solo
    Pedati Kuda, Bandung 1949
    Sado Medan, 1920
    Kalau yang ini namanya lori. Di Kadipaten (dari Kadipaten ke daerah-daerah di utaranya, misalnya ke Karangsambung) dulu ada lori ditarik kuda. Para pedagang biasanya naik itu. Sayang fotonya belum tertemukan.
    Bos naik lori didorong para “bedende”
    Lori angkutan tebu ditarik sapi
    3. Memikul, menggendong
    Di ketika orang sudah pakai alat transporatsi, para pemikul tetap jalan seperti biasa. Ini foto di Bogor 1904. Perhatikan bentuk “keranjang” pikulannya  yang khas.
    Sang pemikul, Bogor 1904
    Lebih kontradiksi lagi, di pinggiran rel kereta api, jaman baheula, seorang anak kecil dan ibu serta kakaknya menggendong gerabah.
    Perjuangan hidup “anak gerabah” (pottenbakster), Solo, 1900-1940
    Lihatlah betapa pahitnya hidup ini. Anak yang seharusnya bersekolah, tidak bisa bersekolah, karena memang tidak ada sekolah untuknya, dan hidup mengharuskannya berjuang tak kenal lelah dan payah. Salut untukmu anakku, kau pejuang sejati kehidupan.
    INDUSTRI
    Ada banyak kegiatan industri tradisional jaman baheula. Ini salah satu “tobong gamping” (tungku pembakaran batu kapur) di Gempol, Palimanan.
    Tungku pembakaran batu kapur, Gempol, Palimanan, Cirebon, 1927
    Perajin pahat batu alam, Firma Buning, Palimanan, 1920-1933
    Jika tahun 2010-2011 ini menjamur “industri” layanan jasa cuci seterika pakaian (“laundry”), jaman dahulu ternyata ada juga industri serupa. Ini contohnya di Sumber Porong, Jawa Timur.
    Industri cuci (“washery, laundry”) di Sumber Porong, 1902-1922
    Orang “bumiputra” itu kreatif juga. Ini contohnya, membuat pabrik penggilingan tebu sendiri.
    Industri tradisional gula tebu, Kediri
    nah, kalau yang berikut ini tradisional sudah sejak lama dilakukan bangsa kita. Membuat gula aren atau gula kelapa.
    “Pabrik” gula jawa
    “Pabrik” gula merah di Tanah karo, 1915-an
    PERALATAN RUMAH TANGGA
    1. Seterika
    Sekarang ini, tahun 2000-an, di kota-kota orang menyeterika baju sudah menggunakan seterika listrik. Dulu, dan mungin sampai sekarang di desa-desa yang tidak ada listrik, orang menyeterika menggunakan seterika “jago.” Seterikaan itu diisi arang, lalu dibakar. Kemudian “handel” yang berbentuk ayam jago, dipasang. Tutup seterika terpasang, arang tidak berhamburan ke mana-mana. Karena seterika tersebut panas, diletakkanlah seterikaan itu pada landasan berkaki.
    Seterika arang dan landasannya
    “Kunci” jago seterikaan arang
    Jika seterikaan akan diisi arang, maka “ayam jago” itu didorong ke depan. Jika ditutup dan agar terkunci, maka ayam jago itu didorong ke belakang. Pentolan yang ada di bawahnya akan mengait pada tepi depan  seterikaan yang dibuat ada jorokannya ke dalam.
    Banyak macam seterikaan arang. Tidak semuanya berpengunci bentuk ayam jago. Ada yang bentuk bola, ada pula yang berbentuk lubang yang dikunci dengan “palang.”
    Seterika arang berlubang 5, dua-dua di samping, satu di belakang.
    Seterika arang bukan jago berlubang banyak
    Seterika arang berlubang pagar
    BANGUNAN BELANDA
    Banyak bangunan tinggalan Belanda di Indonesia yang sampai sekarang masih ada. Beberapa diantaranya, tentu pada masa lalu alias jaman baheula, saya coba kumpulkan dan tayangkan.
    1. Villa Isola (Rektorat UPI) 1938
    Di bawah ini gedung Villa Isola pada tahun 1938. Sekarang gedung ini menjadi kantor pusat (Rektorat) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
    Villa Isola Bandung, 1938
    Alangkah jauh berbeda dengan keadaan sekarang (2011). Sekeliling villa sudah dipenuhi oleh gedung-gedung kampus UPI. Sudah tidak ada lagi sawah-sawah dan kerimbunan taman seperti tampak dalam foto.
    PENDIDIKAN
    Mencari gambar-gambar lama tentang sekolah ternyata tidak mudah. Kebetulan saja tertemukan buku-buku pelajaran (bacaan) lama. Yakin di Museum Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta juga belum ada. Ini pun hanya foto sampulnya saja. Atau sebagian ilustrasi di dalamnya. Tapi lumayan, daripada tidak tahu sama sekali.
    Buku bacaan bahasa Belanda. Ilustrasi dalam.
    Panyungsi Basa, buku pelajaran bahasa Sunda untuk Sekolah Rendah Kelas V, Jilid IV, 1936
    Maca Titi, Basa Lan Carita, buku pelajaran bahasa Jawa dengan aksara Jawa, 1939
    “In en om de desa” (Di dalam dan di luar desa), buku pelajaran bahasa Belanda, 1923
    Buku pelajaran bahasa Melayu (Indonesia), terjemahan dari In en om de desa), 1928-1933
    “Umar dan Min di Desa,” buku pelajaran bahasa Belanda, 1924
    “Ot dan Sien”, buku pelajaran bahasa Belanda, 1915
    “Jauh dari Rumah,” buku pelajaran bahasa Belanda, 1918
    “Kembang Setaman,” buku pelajaran bahasa Jawa
    “La Mappa,” buku pelajaran bahasa Bugis, 1946
    Buku pelajaran bahasa Melayu untuk Sekolah Madura, 1929
    Jalan ke Barat (“Weg tot het Western”), pelajaran bahasa Melayu, 1923
    “Rumah dan Halaman,” buku pelajaran bahasa Melayu (Indonesia), 1950, asli buatan orang Indonesia
    Buku pelajaran bahasa Melayu (Indonesia) ,1923-1924
    “Pelita,” buku pelajaran bahasa Melayu huruf Arab, 1924
    Panglipur Galih” (Pelipur Hasti),  Buku pelajaran (bacaan) bahasa Sunda, 1923
    “Di Pedesaan,” buku pelajaran bahasa Sunda, 1926
    Isi buku pelajaran bahasa Belanda
    Murid dan guru berfoto di depan sekolah
    Murid dan guru berfoto bersama
     

    My Blog List

    Site Info

    Abc
    DESA KERTAHAYU Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template